Sasaran yang familiar, kerangka baru
Berabad-abad kemudian, tradisi tersebut menyeberangi Atlantik ke Amerika Kolonial. Di sana, kaum saleh lebih memilih untuk introspeksi alih-alih pesta pora. “Ada keinginan untuk menghindari pesta pora dan merenungkan tahun-tahun yang telah berlalu dan yang akan datang. “Periode ini menandai munculnya resolusi dalam pengertian modern,” kata Moss.
Alexis McCrossen, profesor sejarah di Southern Methodist University, mengatakan bahwa pada masa itu, gereja-gereja biasanya mengadakan khotbah Sabat. Khotbah ini diadakan pada hari Minggu pertama setiap tahun. Khotbah-khotbah ini sering menekankan bahwa waktu cepat berlalu dan jemaat harus menjadi hamba Tuhan yang lebih baik.
Catatan harian dari Amerika awal menunjukkan individu-individu berjanji untuk mengatasi dosa atau menjauhi alkohol. Mereka sering kali menggunakan frasa seperti “Saya bertekad” atau “Saya bertekad untuk melakukannya.”
Teolog New England Jonathan Edwards mewujudkan semangat introspektif ini, dengan membuat 70 resolusi selama beberapa tahun. Resolusinya ermasuk tidak akan pernah berbicara jahat kepada siapa pun, kecuali jika memiliki alasan tertentu untuk melakukannya. Ia juga bertekad untuk berhenti bergosip.
Pada abad ke-19, resolusi tahun baru telah melampaui asal-usulnya dalam agama Kristen. “Saat ini, resolusi sebagian besar bersifat sekuler. Resolusi kini mencerminkan sekularisasi masyarakat yang lebih luas,” kata Moss.
Tradisi terus berlanjut
Artikel-artikel surat kabar sepanjang tahun 1900-an menunjukkan betapa sedikitnya resolusi tahun baru yang dibuat orang berubah seiring berjalannya waktu. Sebuah artikel Malam Tahun Baru dari tahun 1912 diterbitkan di The Sacramento Star. Artikel itu menyebutkan bahwa resolusi Tahun Baru adalah waktu untuk bersumpah menghentikan kebiasaan buruk.
Pada tahun 1938, The Miami Daily News menganjurkan para pembaca wanita untuk membuat resolusi yang kecil dan mudah dikelola. Mereka juga memperingatkan terhadap resolusi yang gemerlap. “Anda tahu dalam hati Anda sama rapuhnya dengan hiasan pohon Natal, janji pernikahan, atau janji kampanye,” seperti ditulis dalam Miami Daily News.
Gagasan bahwa resolusi tahun baru tidak berhasil juga telah banyak dimuat di surat kabar selama bertahun-tahun. Sebuah artikel yang diterbitkan di Fort Myers News-Press pada tanggal 30 Desember 1937. Artikel tersebut menampilkan psikolog yang mengatakan bahwa resolusi Tahun Baru tidak berhasil.
Pada tahun 1941, The Afro-American Times menerbitkan sebuah artikel pada tanggal 4 Januari. Artikel itu menyatakan bahwa kebanyakan orang tidak membuat resolusi karena resolusi tersebut tidak pernah ditepati. Mungkin ini menjadi alasan mengapa hanya 3 dari 10 orang Amerika yang melaporkan membuat resolusi apa pun pada tahun 2024.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR