Bagaimana pigmentasi kulit kita beradaptasi dengan pola migrasi dan perubahan cahaya?
“Latar belakang evolusi ini menyebabkan Australia memiliki salah satu tingkat kanker kulit tertinggi di dunia,” Lee menambahkan.
50% orang Australia adalah keturunan Anglo-Celtic, berkulit terang. Leluhur mereka pindah ke lingkungan dengan tingkat UV tinggi. Australia mendapat julukan sebagai negara yang terbakar matahari.
Cahaya matahari juga berkontribusi terhadap variasi mata manusia. Manusia dari garis lintang tinggi memiliki lebih sedikit pigmen pelindung pada iris mereka. Mereka juga memiliki rongga mata yang lebih besar (dan mungkin bola mata). Tujuannya agar dapat menerima lebih banyak cahaya yang berharga.
Sekali lagi, ciri-ciri ini membuat warga Australia keturunan Eropa sangat rentan terhadap cahaya terang di Australia. Jadi tidak mengherankan jika Australia memiliki tingkat kanker mata yang luar biasa tinggi.
Kita tidak bisa menggoyahkan jam tubuh
Ritme sirkadian— siklus bangun-tidur yang digerakkan oleh otak dan hormon— adalah bagian lain dari beban evolusi yang dipicu oleh cahaya.
Manusia beradaptasi dengan cahaya siang hari. Dalam cahaya terang, manusia dapat melihat dengan baik dan memiliki penglihatan warna yang halus. Namun, kita tidak dapat melihat dengan baik dalam cahaya redup. Dan kita tidak memiliki indra seperti pendengaran yang tajam atau penciuman yang tajam, untuk mengimbanginya.
Simpanse, gorila, dan orang utan juga aktif di siang hari dan tidur di malam hari. Hal ini memperkuat pandangan bahwa manusia paling awal memiliki perilaku diurnal yang serupa.
Gaya hidup ini kemungkinan besar sudah ada sejak lama dalam sejarah evolusi. Sebelum kera besar, hingga awal mula primata.
Mamalia paling awal umumnya aktif di malam hari, memanfaatkan ukurannya yang kecil dan kegelapan untuk bersembunyi dari dinosaurus. Namun, dampak meteorit yang memusnahkan reptil menakutkan ini memungkinkan sejumlah mamalia yang selamat, terutama primata, mengembangkan gaya hidup diurnal.
Jika kita mewarisi pola aktivitas siang hari langsung dari primata awal ini. Maka ritme ini akan menjadi bagian dari sejarah evolusi garis keturunan kita selama hampir 66 juta tahun.
Source | : | Livescience |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR