Nationalgeographic.co.id—Sejak dahulu kala, manusia telah mengarahkan pandangan mereka ke atas langit untuk mencoba memahami bintang-bintang.
Misalnya pada abad ke-14, saat manusia memetakan pola yang dilihat di langit malam adalah dengan membuat rasi bintang. Tokoh mitologi atau bentuk-bentuk tertentu yang dianggap menyerupai menjadi inspirasi nama dari 88 di antaranya.
Rasi bintang ini sendiri sering kali berakhir dalam wujud peta bintang. Bukan hanya objek yang sangat indah, peta tersebut juga menjadi alat navigasi dan studi.
Sebuah peta bintang yang unik berasal dari Amsterdam abad ke-17. Peta bintang itu dibuat oleh seniman dan kartografer Frederik de Wit pada tahun 1670.
Peta bintang itu menunjukkan orbit matahari dan fase bulan. Serta memetakan dan mengilustrasikan rasi bintang yang terlihat dari Bumi dengan sangat memukau.
“Perhatian cermat terhadap detail yang diberikan pada peta bintang utama berlanjut ke tepi peta,” tulis Urvija Banerji di laman Atlas Obscura. Bagian tepinya menampilkan awan biru yang saling bersilangan dan gulungan merah muda berhuruf.
Sedangkan di peta bintang utama, ada detail yang cukup unik. Misalnya ada gambar anjing kecil terbalik di tengah langit serta kuda besar bersayap pelangi. Selain itu, ada juga makhluk aneh di kanan atas yang tampak seperti setengah mamalia dan setengah ikan.
Kuda yang digambarkan dengan indah dengan sayap pelangi di kiri atas peta adalah makhluk mitos yang dikenal sebagai Pegasus. Konon, Pegasus menciptakan Hippocrene yang terkenal, sebuah air mancur di Gunung Olympus, dengan menancapkan kukunya ke tanah.
Rasi bintang yang dinamai kuda jantan bersayap itu adalah salah satu dari 48 rasi bintang yang didaftarkan oleh Ptolemeus pada abad ke-2 Masehi. Pegasus merupakan salah satu dari 88 rasi bintang yang kita kenal saat ini.
Sedangkan anjing terbalik menggambarkan Sirius, bintang paling terang di langit malam Bumi. Bintang itu tampak begitu terang bukan hanya karena luminositas intrinsiknya, tetapi juga karena jaraknya yang relatif dekat dengan planet kita.
Pengamatan Sirius bermula dari catatan astronomi paling awal di Mesir kuno, yang dikenal dengan nama Sopdet. Orang Yunani kuno menyadari bahwa kemunculan Sirius di langit menandai dimulainya musim panas. Konstelasi inilah yang menjadi asal mula ungkapan dog days of summer. Sirius dikatakan mengejar konstelasi Lepus, si kelinci, di dekatnya.
Baca Juga: Singkap Makna Cakram Misterius dari Peradaban Minoa, Peta Navigasi Antarbintang?
Source | : | Atlas Obscura |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR