Nationalgeographic.co.id—Hujan lebat melanda Sumatra Barat pada Jumat, 14 Juli 2023. Saat itu, saya dalam penugasan. Saya tidak menyangka curah hujannya sangat ekstrem, padahal beberapa hari sebelumnya cuacanya sangat cerah dan bersuhu panas. Yang saya tahu, Indonesia seharusnya tengah menghadapi El Nino yang "menambah daya" musim kemarau.
Saking lebatnya, hujan menyebabkan tanah longsor menutup jalan yang menghubungkan Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan. Kuburan di Kota Padang pun sampai terbongkar, menyebabkan 13 mayat keluar dari makam.
Sementara, saya sedang di Alahan Panjang, Solok, menanti penampakan indah Danau Ateh dan Danau Bawah di tengah cuaca cerah. Celakanya, kabut menutupi pandangan hingga tengah hari bersama hujan.
Periode El Nino seharusnya berangsur-angsur netral pada pertengahan tahun ini. Akan tetapi, cuaca justru tidak ditebak di Indonesia. Maret 2024, Sumatra Barat lagi-lagi menghadapi hujan dengan intensitas sedang, tetapi tetap menyebabkan longsor dan terputusnya pelbagai jalan antarkota.
Ketika musim kemarau, kita berada di bawah bayang-bayang kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan laporan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2023, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia setara dengan 18 kali luas Jakarta, atau sekitar 1,16 juta hektare.
Perubahan iklim yang mengacaukan siklus musim Indonesia
Juli ini, angin monsun timur telah membawa musim kemarau kembali. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kebakaran hutan terjadi, seperti di Aceh, Sumatra Selatan, dan Jawa Timur.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan 95 persen potensi bencana setiap tahunnya mengintai Indonesia. Biasanya potensi ini terjadi pada peralihan musim.
Akan tetapi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan adanya kenaikan jumlah kebencanaan setiap tahunnya. Pada tahun lalu, jumlah bencana alam meningkat 39,39 persen, yakni sebanyak 5.400 bencana. Dengan kata lain, setiap 90 menit terjadi satu bencana di negeri ini.
"Bencana terkait perubahan iklim telah menjadi semakin sering terjadi dan semakin parah, sehingga menimbulkan tantangan yang signifikan di seluruh negeri," kata Nashin Mahtani, Direktur Peta Bencana dalam diskusi diskusi H"ujan di Musim Kemarau: Pentingnya Notifikasi Real-time bagi Masyarakat," pada 29 Juli 2024.
Perubahan iklim mendorong siklus iklim dan cuaca di Indonesia semakin sulit ditebak. Ida Pramuwardani, Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, menyebut bahwa hujan terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Baca Juga: Apa Saja Dampak dari Bencana Alam Terhadap Kehidupan Manusia?
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Ade S |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR