Nationalgeographic.co.id—Athena dikenal sebagai kekuatan laut dominan di Mediterania selama sebagian besar periode Klasik dalam sejarah Yunani kuno. Armada Athena menang dalam banyak konflik, termasuk Perang Persia dan Perang Peloponnesos.
Kekayaan Athena sebagian besar berasal dari perdagangan maritim dan kekuatan lautnya. Para sejarawan, baik klasik maupun modern, sering menyebut Athena sebagai Thalassocracy, yang artinya kekaisaran yang berfokus pada kekuatan maritim.
Namun, Athena tidak selalu menikmati supremasi maritim di Mediterania.
Athena baru berhasil menempatkan dirinya sebagai kekuatan laut terkemuka di kawasan itu setelah menerapkan program pembangunan kapal dan pengembangan logistik, termasuk perluasan pelabuhan serta fasilitas pendukung lainnya.
Themistocles Mengubah Athena Menjadi Kekuatan Maritim
Seperti dalam banyak peristiwa sejarah, sebuah krisis memaksa Athena untuk berjuang mencapai kejayaan. Raja Persia, Darius I, mengalihkan perhatiannya ke Athena dan seluruh Yunani setelah Athena mendukung Pemberontakan Ionia melawan Kekaisaran Persia pada tahun 490-an SM.
Athena berhasil memenangkan Pertempuran Marathon pada 490 SM, memberikan kekalahan tak terduga kepada Persia di daratan. Namun, ancaman Persia tidak berhenti begitu saja. Putra Darius, Xerxes, bertekad membalas kekalahan ayahnya setelah naik takhta pada 486 SM.
Themistocles, seorang jenderal dan negarawan Athena yang juga bertempur di Marathon, memahami bahwa ancaman Persia tidak akan hilang dengan sendirinya.
Pada saat itu, Athena bukanlah kekuatan maritim besar. Ekonominya sebagian besar bergantung pada pertanian, dan kaum elit Athena lebih mendukung perang di darat daripada di laut.
Namun, Themistocles adalah seorang visioner. Ia menyadari bahwa untuk mengalahkan Persia lagi, Athena harus beralih dari tombak dan perisai ke dayung dan layar.
Profesor Strategi Athanasios Platias menjelaskan, “Themistocles menggunakan segala upaya dan cara yang tersedia untuk mengarahkan Athena, kota yang berakar pada agrikultur, menuju kekuatan maritim, berusaha mengubah DNA sosial-ekonominya dengan cepat.”
Baca Juga: Thrasybulus, Jenderal Yunani Kuno yang Memulihkan Demokrasi Athena
Themistocles membutuhkan dana yang sangat banyak untuk menjalankan rencananya. Pada tahun 483 SM, mereka menemukan lapisan bijih perak yang sangat besar di tambang Laurium.
Themistocles mengusulkan agar perak tersebut digunakan untuk membangun armada yang terdiri dari 200 trireme. Namun, saingan politiknya, Aristides, menentang rencana tersebut. Ia berpendapat bahwa dana itu lebih baik dibagikan kepada warga Athena.
Terjadi kebuntuan politik hingga Januari 482 SM. Majelis Athena mengusulkan kompromi: sebagian perak akan digunakan untuk membangun kapal, sementara sisanya dibagikan kepada warga.
Namun, baik Themistocles maupun Aristides tetap teguh pada pendirian masing-masing. Akhirnya, Aristides diasingkan dari kota melalui ostrasisme. Dengan demikian, Themistocles mendapatkan jalan untuk merealisasikan pembangunan armadanya.
Pelabuhan Piraeus
Agar Athena menjadi kekuatan laut yang kredibel, kota ini membutuhkan fasilitas pelabuhan yang memadai. Pelabuhan utama Athena saat itu berada di Phalerum, dekat kota utama.
Namun, pantai Phalerum yang luas sulit untuk dipertahankan. Bahkan, pasukan Sparta telah dua kali menyerang daerah tersebut pada abad sebelumnya.
Fasilitas pelabuhan di Phalerum juga menjadi masalah lain. Infrastruktur di sana kurang berkembang, terutama bagi kekuatan laut yang sedang tumbuh.
Phalerum tidak memiliki neosoikoi, yaitu rumah kapal khusus yang digunakan untuk melindungi trireme dan kapal lainnya saat tidak berlayar.
Themistocles menyadari kelemahan ini dan mengusulkan untuk memindahkan pelabuhan Athena ke Piraeus. Usulan ini kemungkinan diajukan sekitar tahun 490-an SM, sebelum program pembangunan kapal besar-besaran dimulai setelah ditemukannya perak di Laurium.
Piraeus terletak lebih jauh dari Athena dibandingkan dengan Phalerum. Namun, Piraeus memiliki tiga pelabuhan alami dibandingkan hanya satu di Phalerum, dan pelabuhan ini lebih mudah untuk dipertahankan.
Pertempuran Salamis
Pertempuran Salamis pada tahun 480 SM sangat menentukan kebangkitan Athena sebagai kekuatan angkatan laut. Setelah visi Themistocles untuk memperluas armada Athena, pertempuran tersebut memperlihatkan pentingnya kekuatan angkatan laut secara strategis.
Dipimpin oleh Themistocles, Yunani memancing armada Persia yang jauh lebih besar ke selat sempit Salamis dan menetralisir keunggulan jumlah Persia. Pemahaman Themistocles tentang medan dan taktik angkatan laut terbukti penting bagi strategi Yunani.
Setelah terkurung di selat, armada Persia kesulitan untuk bermanuver. Trireme Yunani yang lebih kecil dan lebih lincah secara efektif memanfaatkan koordinasi dan disiplin mereka yang unggul.
Orang Athena memimpin serangan, menabrak dan menenggelamkan banyak kapal Persia. Kekacauan di jajaran Persia mengakibatkan kekalahan telak bagi Xerxes, memaksanya mundur dengan sebagian besar angkatan lautnya yang tersisa, dan mengekspos pasukan daratnya untuk diserang.
Kemenangan tersebut menghentikan kemajuan Persia dan menunjukkan kekuatan transformasional angkatan laut Athena.
Kemenangan di Salamis memperkuat prestise angkatan laut Athena dan menyiapkan panggung bagi kepemimpinannya dalam Liga Delos. Dengan mengamankan kendali atas Laut Aegea, Athena dapat memanfaatkan armadanya untuk membangun kekaisaran yang sangat bergantung pada kekuatan maritim.
Hasil pertempuran tersebut menggarisbawahi visi Themistocles dan menandai dimulainya era kekuatan laut Athena dalam sejarah Yunani kuno.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR