Pendakian Putri Handayani juga diharapkan menjadi motivasi bagi generasi muda Indonesia untuk terus mengejar prestasi di kancah internasional. Melalui kerja keras, dedikasi, dan semangat juang yang tinggi, ia telah membuktikan bahwa batasan hanya ada dalam pikiran kita.
INSPIRASI BAGI PENDAKI PEREMPUAN
Dengan pencapaian ini, Putri Handayani menjadi salah satu pendaki perempuan Indonesia yang telah mencatatkan sejarah di medan Antarktika yang keras. Dari berbagai upaya ekspedisi orang Indonesia menuju puncak tertinggi di Antarktika itu baru dua perempuan Indonesia yang berhasil mengibarkan sang dwiwarna.
Itu pun terjadi pada delapan tahun silam. Praktis tidak ada pendaki perempuan asal Indonesia yang meneruskan kiprah. Keberhasilan di awal tahun ini menambah lagi daftar prestasi. Putri Handayani tercatat sebagai pendaki perempuan Indonesia ketiga. Selain itu merupakan pendaki ke 12 asal Indonesia.
Momentum tersebut tentu menjadi sejarah baru dari rangkaian penjelajahan pendakian orang Indonesia di puncak-puncak dunia.
VINSON BASE CAMP KE HIGH CAMP
Pendakian dimulai dari Vinson Base Camp, yang biasanya dicapai dengan pesawat khusus dari Union Glacier, Antarktika. Base camp berfungsi sebagai pusat logistik dan titik aklimatisasi awal. Di sini, pendaki mempersiapkan perlengkapan seperti crampons, tali, dan sled (papan luncur yang ditarik pendaki untuk membawa beban).
Untuk menuju Vinson Base Camp, tim ekspedisi harus menunda penerbangan selama 3 hari akibat cuaca yang tak bersahabat dan awan tebal. Baru pada 4 Januari 2025, tim melakukan penerbangan dari Union Glacier ke Vinson Base Camp.
“Untung di Union Glacier banyak kegiatan dan tidak membosankan. Bisa naik sepeda, ke gym, makanannya juga enak,” terang Putri.
Keesokan harinya pada 5 Januari 2025, pendaki bergerak dari Base Camp menuju Low Camp melalui Branscomb Glacier. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 6 jam. Jalur ini relatif landai, tetapi penuh dengan tantangan.
Beruntung, “Cuaca bagus banget, suhu sekitar minus 6 derajat Celcius dan tidak berangin,” tulis Putri lewat pesan singkat dari telepon satelit yang dibawanya.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR