Nationalgeographic.co.id—“Alhamdulillah, jerih payah saya terbayar. Saya lupakan lelah. Saya dorong diri saya setinggi-tingginya agar bisa mengibarkan merah putih. Ini kado untuk seluruh rakyat Indonesia di awal tahun 2025,” kata Putri Handayani.
Keberhasilan Putri Handayani tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi juga inspirasi bagi seluruh rakyat Indonesia, khususnya para perempuan yang ingin meraih mimpi besar. "Saya dedikasikan pendakian ini untuk Indonesia, dan untuk semua perempuan yang percaya bahwa mimpi besar bisa dicapai dengan tekad dan usaha," tambahnya.
Prestasi membanggakan dari pendaki perempuan asal Indonesia, yang berhasil menapakkan kaki di puncak Gunung Vinson, puncak tertinggi di Antarktika. Pendakian yang berlangsung sejak 4 hingga 9 Januari 2025 ini menjadi salah satu momen bersejarah.
Setelah tiga hari menunggu cuaca berkabut hilang di Union Glacier Camp Antarktika, Putri akhirnya terbang ke Vinson Base Camp pada tanggal 4 Januari 2025. Dari sini, keesokan harinya Putri dan tim memulai pendakian dengan melintasi gletser Branscomb menuju Camp 1 atau Low Camp di bawah matahari yang terik walaupun suhu cukup dingin mencapai minus enam derajat Celcius.
Setelah sehari beristirahat sambal melakukan aklimatisasi dan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan, ia melanjutkan pendakian menuju Camp 2 atau High Camp (3.858 mdpl). Memanfaatkan cuaca cerah yang ters-menerus minggu itu, Putrid an tim memutuskan langsung menuju puncak eesokan harinya. Dalam suhu ekstrem yang mencapai minus 35 derajat Celsius, Putri berhasil menjaga semangat dan fokusnya hingga mencapai puncak.
Di puncak Gunung Vinson, Putri dengan bangga mengibarkan bendera merah putih, simbol kebanggaan bangsa Indonesia. "Ini bukan hanya tentang pendakian, tetapi juga tentang membuktikan bahwa perempuan Indonesia mampu menghadapi tantangan-tantangan besar di bidang apapun," ujar Putri.
Gunung Vinson, yang memiliki ketinggian 4.892 meter di atas permukaan laut, dikenal sebagai salah satu tantangan terbesar bagi para pendaki dunia. Karena letaknya yang mendekati Kutub Selatan, tekanan udara di gunung ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan gunung-gunung di lokasi lain yang lebih jauh dari Kutub Selatan dengan ketinggian yang sama.
Sederhananya, tekanan udara di puncak Gunung Vinson ekuivalen dengan gunung-gunung yang ketinggiannya 500 sampai 1.000 mdpl lebih tinggi di sekitar garis khatulistiwa.
Gunung yang terletak di benua terdingin di bumi ini juga mempunyai cuaca yang tidak menentu dan sulit dijangkau menjadikannya sebagai salah satu puncak tersulit dalam daftar The Seven Summits.
Apalagi ekspedisi pendakian ini didukung langsung oleh Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto. Termasuk pula dari dua perusahaan BUMN yakni PT Pertamina dan PT Garuda Indonesia. Tak ketinggalan peran swasta Eiger Adventure.
Baca Juga: Putri Handayani, Orang Indonesia Pertama di Titik Paling Selatan Bumi
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR