Selama dua hari Putri menginap dan beristirahat di Low Camp (2.865 mdpl). Selama itu pula ia bersama pendaki lainnya melakukan latihan SRT (single rope technique) yang berguna untuk melewati fixed line di etape berikutnya.
“Kami juga mengorganisasi lagi barang-barang yang akan dibawa ke High Camp,” tambahnya. Makan malam juga dilakukan lebih awal sekaligus memastikan nutrisi dan hidrasi pendaki tetap terjaga.
Pada 7 Januari 2025, pukul 13.30, Putri bersama tim pendaki mulai bergerak menuju High Camp yang berada di ketinggian 3.858 mdpl. Beban yang dibawa Putri sendiri mencapai 20 kg.
Kendati demikian semangatnya tak kendur. Sementara medannya juga sangat menguras tenaga. Peningkatan elevasi (elevation gain) mencapai 1.000 meter. Termometer menunjuk angka bervariasi antara minus 20 hingga minus 25 derajat Celcius.
“Alhamdulillah cuaca sangat cerah. Tanpa angin. Tidak seperti tahun lalu,” imbuhnya.
Informasi cuaca begitu penting untuk pendakian Gunung Vinson. Selagi cuaca masih bersahabat pendaki akan memanfaatkan sebaik-baiknya untuk menambah ketinggian. Tepat pukul 20.30 waktu setempat Putri akhirnya mencapai High Camp. Butuh waktu 7,5 jam pendakian dari Low Camp ke High Camp. “Bagian terberat dari pendakian ini sudah terlewati,” ujarnya setengah lega.
MENUJU PUNCAK GUNUNG VINSON
Namun tugas paling utama masih menunggu. Yakni mengibarkan Sang Merah Putih yang diamanahkan oleh Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto. Tentu hal membuat ia berdebar ingin segera menunaikan tugas tersebut. Putri pun memanfaatkan waktu sebaik-baiknya terutama menjaga kebugaran fisik.
Tanggal 8 Januari 2025 pagi menjelang. Putri Handayani bergegas menyiapkan pendakian etape menuju puncak Gunung Vinson. Pukul 11.00 waktu setempat rombongan pendaki mulai bergerak. Semakin tinggi dan semakin turun pula suhu udara.
Jam demi jam berlalu. Puncak gunung sudah terlihat tetapi masih membutuhkan pendakian beberapa jam lagi. Lepas pukul 18.00 titik tertinggi di Antarktika itu semakin dekat. Dan, 30 menit kemudian, pukul 18.30 waktu Punta Arenas, Chille, tidak ada lagi tanjakan. Itu artinya ia telah berada di ketinggian 4.892 mdpl, puncak Gunung Vinson!
Perasaan campur aduk. Bendera merah putih dikeluarkan dan dikibarkan. Terakhir sang saka berkibar pada 7 tahun silam. Tahun 2025, Putri Handayani mengibarkan kembali.
Sekitar 30 menit berada di puncak. Salah satu bakti kepada negara tuntas di Gunung Vinson. Tak bisa berlama-lama lagi. Suhu mulai turun mencapai minus 35 derajat Celcius.
Putri bersama pendaki lainnya bergegas turun menuju High Camp. Perjalanan turun lebih cepat, membutuhkan waktu 4 jam.
Namun, tengah malam itu cuaca di High Camp mulai menunjukkan gelagat kurang bagus. “Sedikit angin dan badai ringan di sekitar High Camp,” kata Putri.
Tim hanya beristirahat sebentar. Kemungkinan cuaca akan lebih buruk. Pada 9 Januari 2025, seluruh pendaki turun ke Base Camp.
Pendakian Gunung Vinson yang didukung Indonesia National Olympic Committee (KOI), Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI), Ikatan Alumni Fakultas Teknik Universitas Indonesia (ILUNI FTUI), Kamuka Parwata Fakultas Teknik Universitas Indonesia (KAPA FTUI), dan Yayasan KAPA FTUI ini menorehkan daftar baru bagi Indonesia.
Sedangkan bagi Putri Handayani, keberhasilan ini menggenapi target ke-7 dari 9 target meraih gelar The Explorer’s Grand Slam pertama orang Indonesia. Selanjutnya menunggu target berikutnya yaitu Gunung Everest dan Kutub Utara.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR