Baca Juga: Apa yang Kita Harapkan Setelah 130 Tahun Penemuan Pithecantropus erectus?
Paul merupakan ahli biologi dari Natural History Museum di Leiden. Negatif kaca adalah medium fotografi dalam bentuk kaca, yang dahulu sering digunakan untuk mendokumentasikan hal penting seperti penemuan arkeologi.
Selain itu, arsip-arsip penting lainnya ada surat-surat yang ditulis oleh Eugene sendiri dan teman-teman Eropanya, lalu laporan hasil temuan-temuannya, serta catatan-catatan lapangan penelitian miliknya. “Arsip-arsip ini pertama kali dipindai pada 2005 dan menjadi satu-satunya arsip terbesar paling utama menghimpun temuan Eugene,” ujar Paul.
Arsip-arsip Eugene Dubois yang sudah dipindai ini, kemudian diterbitkan oleh penerbit Brill dengan judul Through Eugene Dubois Eyes Still a Turbulent Life. Dalam buku ini, negatif kaca berukuran delapan meter di dalam ruang arsip Eugene, turut diabadikan dan dipindai.
“Jadi setelah mengabadikan arsip milik Dubois. Apa yang bisa kita lakukan dengan itu?” tanya Paul. Ia menjelaskan bahwa ada banyak kemungkinan yang tidak masuk akal mengenai Dubois dan temuannya. Kemungkinan ini adalah kesalahan informasi yang bisa merusak sejarah aslinya.
“Ada siniar di Belanda mengenai jurnalis yang pergi ke Ngawi, Trinil dan kembali ke Belanda dan menyiarkan bahwa fosil-fosil di Trinil dipindahkan tiap minggu menggunakan kapal dari Benteng van den Bosch ke Ngawi, lalu dipindahkan ke stasiun kereta api Ngawi menuju Tulungagung. Itu salah!” tegas Paul. Ia menyebutkan bahwa hal tersebut disiarkan tanpa ada bukti.
Nyatanya, fosil-fosil tersebut dipindahkan ke stasiun kereta api Kedunggalar yang jaraknya lebih dekat. Lalu, fosil-fosil ini pun tidak dipindahkan tiap minggu, namun hanya ketika dibutuhkan saja.
Selama beberapa dekade, tersiar kabar bahwa tidak ada fosil fauna di Trinil. Paul mengungkapkan bahwa kabar itu tidak benar. Pasalnya, dalam surat pada 1891, Dubois menulis bahwa ia menemukan rahang bawah hippopotamus beserta dua geraham. “Kenapa orang-orang melewatkan hal penting ini? Padahal Hooijer di tahun 1950 sudah pernah mempublikasikannya,” ujar Paul.
Tidak hanya temuan fosil hippopotamus di Trinil. Akan tetapi, pada kedalaman yang sama atau sedikit di atas ditemukannya tulang femur, juga terdapat tulang rahang bawah dan gading dari stegodon. Temuan femur manusia dan fosil dari stegodon yang berada dalam wilayah yang sama menyulitkan untuk menggolongkan femur itu milik Homo sapiens, karena seperti yang kita ketahui, stegodon hidup 700 ratus ribu tahun yang lalu atau lebih lampau.
Penulis | : | Neza Puspita Sari Rusdi |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR