Nationalgeographic.co.id—Raksasa minyak Occidental, yang berupaya membangun citra sebagai pemimpin teknologi iklim, kini memfokuskan diri pada penangkapan emisi karbon dioksida (CO2), sebuah strategi yang mereka pandang sebagai peluang besar untuk meningkatkan produksi bahan bakar fosil mereka.
Langkah ini, meskipun terkesan tidak mengejutkan mengingat latar belakang Occidental sebagai perusahaan minyak bumi, menunjukkan komitmen mereka pada divisi bisnis yang mengklaim memerangi perubahan iklim.
Pada tahun 2023, Occidental mengakuisisi Carbon Engineering, startup pelopor teknologi penyaringan CO2 dari udara, dan melalui anak perusahaan mereka, 1PointFive, sedang membangun fasilitas raksasa di Texas yang memanfaatkan teknologi ini, dengan dukungan dari pemerintahan Biden dan perusahaan besar seperti Amazon dan Microsoft yang juga memiliki target iklim.
Teknologi penangkapan udara langsung (DAC) ini dipromosikan sebagai solusi untuk menghilangkan polusi penyebab perubahan iklim dengan menangkap CO2 dari udara dan menyimpannya di bawah tanah.
Namun, strategi DAC ini tidak mengatasi akar masalah polusi, yaitu ekstraksi dan pembakaran bahan bakar fosil, dan menimbulkan pertanyaan tentang nasib karbon yang ditangkap.
Secara historis, industri bahan bakar fosil telah menggunakan CO2 dalam proses peningkatan perolehan minyak (EOR), yaitu menyuntikkan CO2 ke ladang minyak yang menipis untuk memaksimalkan produksi.
"Kami percaya bahwa teknologi berikutnya yang akan menambah barel yang signifikan—50 hingga 70 miliar barel cadangan—adalah produksi yang berasal dari penggunaan CO2 dalam peningkatan perolehan minyak," ungkap presiden dan CEO Occidental, Vicki Hollub, seperti dilansir laman The Verge.
Hollub menekankan bahwa teknologi pengambilan CO2 dari atmosfer sangat penting bagi Amerika Serikat.
"Mengambil CO2 dari atmosfer adalah teknologi yang perlu berhasil bagi Amerika Serikat, dan Presiden Trump mengetahui kasus bisnis untuk ini," kata Hollub, menambahkan bahwa dia telah melakukan "beberapa percakapan" dengan Trump.
Meskipun produksi minyak Occidental yang ditingkatkan mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan optimis untuk membalikkan tren ini dengan memanfaatkan CO2 yang ditangkap.
"Tidak ada cukup CO2 organik di negara ini untuk dapat membanjiri semua hal yang perlu kita banjiri untuk mendapatkan 50 hingga 70 miliar barel itu," menurut Hollub.
Baca Juga: Metode Ilmiah Ini Sukses Ubah Karbon Dioksida Menjadi Energi Bersih, Sangat Efisien
KOMENTAR