Nationalgeographic.co.id—Kabar duka datang dari puncak Carstensz. Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono, dua pendaki berpengalaman, meninggal dunia di tengah dinginnya puncak tertinggi di Indonesia itu, Sabtu (1/3/2025). Keduanya dikabarkan terserang Hipotermia akibat cuaca buruk.
Hipotermia, seperti dilansir laman Mayo Clinic, adalah kondisi medis gawat darurat yang terjadi ketika suhu inti tubuh manusia turun drastis di bawah 95 derajat Fahrenheit (35 derajat Celsius.
Suhu tubuh normal kita sebenarnya berada di sekitar 98,6 derajat Fahrenheit (37 derajat Celsius). Bayangkan, ketika suhu tubuh turun di bawah angka 95 derajat Fahrenheit, itu menandakan tubuh kita mengalami masalah serius.
Kondisi hipotermia ini muncul saat tubuh kehilangan panas jauh lebih cepat dibandingkan dengan kemampuannya untuk menghasilkan panas. Akibatnya, suhu tubuh merosot dengan cepat dan mencapai tingkat yang berbahaya.
Ketika suhu tubuh turun di bawah normal, organ-organ vital seperti jantung, sistem saraf, dan organ penting lainnya tidak dapat berfungsi dengan baik. Ini sangat berbahaya karena jika tidak segera ditangani dengan benar, hipotermia dapat memicu kegagalan jantung dan sistem pernapasan. Lebih parahnya lagi, kondisi ini bisa berujung pada kematian.
Gejala hipotermia
Pada saat awal suhu tubuh mulai menurun, tubuh secara alami akan memberikan respons dengan menggigil. Menggigil adalah upaya otomatis tubuh untuk menciptakan panas dan menghangatkan diri. Ini adalah mekanisme pertahanan alami tubuh terhadap udara dingin. Namun, menggigil saja tidak cukup untuk mengatasi hipotermia yang sudah terjadi.
Penting untuk mengenali tanda-tanda hipotermia agar bisa mendapatkan pertolongan medis secepatnya. Berikut adalah beberapa gejala yang perlu diwaspadai, seperti dilansir Mayo Clinic:
* Menggigil.
* Ucapan yang tidak jelas atau bergumam.
* Pernapasan yang lambat dan dangkal.
* Denyut nadi yang lemah.
* Kekakuan atau kurangnya koordinasi.
* Kantuk atau energi yang sangat rendah.
* Kebingungan atau kehilangan ingatan.
* Kehilangan kesadaran.
* Pada bayi, kulit merah cerah dan dingin.
Seringkali, orang yang mengalami hipotermia tidak menyadari bahwa mereka sedang dalam kondisi berbahaya. Gejala-gejala hipotermia muncul secara bertahap, sehingga penderitanya mungkin tidak menyadarinya di awal.
Ditambah lagi, kebingungan yang menyertai hipotermia dapat membuat seseorang sulit untuk menilai kondisinya sendiri. Pikiran yang kacau akibat hipotermia juga dapat mendorong perilaku berisiko tanpa disadari.
Baca Juga: Dua Pendaki Wanita Meninggal dalam Tragedi Puncak Cartenz Papua, Ini Profil dan Kronologinya
Sustainability: Arkeolog Berhasil Ungkap Hubungan antara Kesenjangan dan Keberlanjutan
KOMENTAR