Alasan lain mengapa waktu terasa lambat saat muda adalah karena otak anak-anak diprogram untuk mengingat pengalaman baru. Masa kanak-kanak penuh dengan hal baru yang harus diserap setiap hari. Hampir semua yang dilakukan adalah pengalaman pertama kali.
Cara memperlambat waktu
Seiring bertambahnya usia, kita cenderung memiliki lebih sedikit pengalaman baru setiap tahun. Semakin banyak hal yang kita alami, semakin sedikit hal baru yang tersisa. Kita juga cenderung terjebak dalam rutinitas dan enggan mencoba hal baru.
Jika kita melakukan hal yang sama setiap minggu, otak tidak mendapatkan hal menarik untuk diingat. Tanpa ingatan baru, minggu, bulan, dan tahun berlalu begitu saja tanpa terasa. Waktu seolah dipercepat.
Sebaliknya, ketika kita mengingat periode yang penuh dengan peristiwa, itu "membuatnya tampak seperti waktu meregang... dan rasanya sangat lama", menurut Cindy Lustig, seorang profesor psikologi di Universitas Michigan.
Rutinitas adalah musuh dari waktu yang terasa panjang. Cobalah hal baru untuk memecah rutinitas, seperti berjalan ke toko dengan rute yang berbeda, mencoba hobi baru, atau mendengarkan jenis musik yang berbeda.
"Perlambat sedikit lagi, paksa diri Anda untuk melakukan hal-hal baru untuk menjauh dari rutinitas," kata Bejan.
"Manjakan diri Anda dengan kejutan. Lakukan hal-hal yang tidak biasa. Pernahkah Anda mendengar lelucon yang bagus? Ceritakan pada saya! Apakah Anda punya ide baru? Lakukan sesuatu. Buat sesuatu. Katakan sesuatu."
Terakhir, kesadaran penuh (mindfulness) juga penting. Jika waktu adalah masalah perspektif, maka hidup di saat ini adalah kunci untuk memaksimalkan waktu yang kita miliki.
Tidak ada dari kita yang tahu berapa banyak waktu yang kita miliki, tetapi, menariknya, kita sebenarnya memiliki banyak kendali atas bagaimana kita mengalami waktu itu," kata Lustig.
Berhenti memikirkan masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan, fokuslah pada saat ini. Dengan begitu, kita bisa merasakan waktu berjalan lebih lambat dan hidup lebih bermakna.
KOMENTAR