Abu itu bahkan lebih berbahaya bagi pesawat yang sedang terbang karena abu itu akan menghentikan mesin jika tersedot ke dalamnya, tambah Sagiya. Ia pun merujuk pada kekacauan yang dihadapi oleh maskapai penerbangan global selama berbulan-bulan setelah gunung berapi Islandia meletus pada tahun 2010.
Menyingkirkan abu vulkanik setebal 30 cm dari area yang luas sama sekali berbeda dengan menyingkirkan salju dalam jumlah yang sama. “Tidak ada tempat untuk menaruh abu sebanyak itu dan, kita harus ingat bahwa transportasi akan sangat terganggu,” imbuh Sagiya.
Tidak ada indikasi bahwa Gunung Fuji setinggi 3.776 meter akan meletus dalam waktu dekat. Tapi pihak berwenang terus mengawasi puncaknya karena diklasifikasikan sebagai tidak aktif daripada punah.
Gunung Fuji terakhir kali meletus pada bulan Desember 1707, setelah 2 tahun gempa bumi di dasarnya. Dikenal sebagai letusan Hoei, letusan ini menciptakan kawah di sisi barat daya gunung yang masih terlihat hingga saat ini.
Letusan selama 16 hari tersebut mendorong batu apung, bara api, dan abu ke stratosfer. Di sana, angin dari ketinggian membawa puing-puing ke timur. Letusan tersebut melepaskan sekitar 800 juta meter kubik abu yang melapisi pusat kota Edo (Tokyo) dengan abu yang digambarkan setebal beberapa sentimeter.
Letusan tahun 1707 menyebabkan kerusakan pada tanaman serta menyebabkan kelaparan yang meluas selama tahun berikutnya. Bencana itu pun menghancurkan bangunan-bangunan kayu tradisional. Tidak ada statistik yang dapat diandalkan tentang jumlah kematian yang disebabkan oleh letusan atau akibatnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah daerah di daerah sekitar Gunung Fuji telah mengembangkan peta bencana. Mereka juga menyusun rencana evakuasi bagi penduduk untuk menghindari aliran lava yang potensial. Penduduk juga telah diinstruksikan untuk menimbun kebutuhan pokok seperti makanan, air, dan perlengkapan pertolongan pertama.
“Pemerintah daerah dan pemerintah pusat bertanggung jawab untuk mengambil langkah-langkah ini. Mereka juga memberi tahu masyarakat agar bersiap. Tapi jika terjadi letusan seperti letusan 1707, maka kita akan menghadapi bencana besar,” kata Sagiya.
Source | : | south china morning post |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR