Nationalgeographic.co.id—Letusan Gunung Fuji nan ikonik dapat melepaskan 10 kali lipat jumlah puing yang dihasilkan oleh gempa bumi dan tsunami 2011.
Pemerintah Jepang telah merilis laporan yang merinci tindakan mitigasi yang akan diambil jika Gunung Fuji meletus. Bila hal itu terjadi, Gunung Fuji bisa melepaskan sejumlah besar abu vulkanik di wilayah timur negara itu, termasuk Tokyo.
Meskipun tidak ada tanda-tanda aktivitas vulkanik yang akan segera terjadi, letusan itu tetap dapat menjadi bencana besar. “Bahkan jika pemerintah telah menyiapkan rencana tanggap darurat,” tulis Julian Ryall di laman South China Morning Post.
Sebuah laporan didasarkan pada sebuah studi ilmiah yang dilakukan oleh para ahli dan dirilis oleh pemerintah pada 21 Maret 2025. Laporan itu memperkirakan bahwa letusan besar puncak paling ikonik di Jepang itu dapat melepaskan sebanyak 490 juta meter kubik abu ke atmosfer.
Angka itu sekitar 10 kali lipat jumlah puing yang dihasilkan oleh gempa bumi dan tsunami 2011. Tsunami 2011 itu telah menghancurkan sebagian besar wilayah timur laut Jepang.
Berdasarkan kondisi angin yang ada, puing-puing tersebut sebagian besar dapat jatuh di sebelah timur gunung berapi. Puing-puing juga dapat menyelimuti area di distrik Sagamihara di Tokyo barat – sekitar 60 km – dengan abu setebal 30 cm.
Hampir seluruh prefektur Shizuoka, kota Yokohama dan Kawasaki serta 23 distrik di Tokyo akan menerima sekitar 3 cm abu. Sementara jumlah yang lebih kecil akan jatuh di wilayah Kanto di Jepang timur dan sejauh utara prefektur Fukushima.
Langkah pemerintah Jepang untuk melindungi warganya
Laporan tersebut juga berfokus pada langkah-langkah untuk melindungi warga. Pihak berwenang merekomendasikan agar orang-orang berlindung jika terjadi letusan yang meninggalkan endapan dalam pada permukaan yang terbuka. Bencana tingkat empat akan mengharuskan evakuasi total dari area yang terkena dampak, kata laporan tersebut.
Abu dalam jumlah besar dapat menghentikan pergerakan kendaraan dan mengganggu pasokan listrik dan peralatan elektronik. Selain itu, penumpukan abu pada bangunan dapat menyebabkan beberapa bangunan runtuh. Abu setebal 10 cm saja dapat membuat kendaraan berpenggerak empat roda tidak dapat beroperasi.
Takeshi Sagiya, profesor di Pusat Penelitian Seismologi, Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Universitas Nagoya, mengatakan bahwa abu vulkanik dapat menyebabkan banyak masalah yang tidak terduga.
“Abu jenis ini terdiri dari pecahan-pecahan kecil batuan yang meleleh, yang secara efektif membuatnya menjadi bubuk kaca yang sangat halus,” katanya. “Bubuk itu akan menghancurkan peralatan elektronik apa pun yang terkena. Abu itu akan menggores permukaan apa pun jika seseorang mencoba membersihkannya. Abu itu dapat merobohkan rumah. Selain itu, abu juga akan langsung menghalangi jalan dan menghentikan kereta api.”
Abu itu bahkan lebih berbahaya bagi pesawat yang sedang terbang karena abu itu akan menghentikan mesin jika tersedot ke dalamnya, tambah Sagiya. Ia pun merujuk pada kekacauan yang dihadapi oleh maskapai penerbangan global selama berbulan-bulan setelah gunung berapi Islandia meletus pada tahun 2010.
Menyingkirkan abu vulkanik setebal 30 cm dari area yang luas sama sekali berbeda dengan menyingkirkan salju dalam jumlah yang sama. “Tidak ada tempat untuk menaruh abu sebanyak itu dan, kita harus ingat bahwa transportasi akan sangat terganggu,” imbuh Sagiya.
Tidak ada indikasi bahwa Gunung Fuji setinggi 3.776 meter akan meletus dalam waktu dekat. Tapi pihak berwenang terus mengawasi puncaknya karena diklasifikasikan sebagai tidak aktif daripada punah.
Gunung Fuji terakhir kali meletus pada bulan Desember 1707, setelah 2 tahun gempa bumi di dasarnya. Dikenal sebagai letusan Hoei, letusan ini menciptakan kawah di sisi barat daya gunung yang masih terlihat hingga saat ini.
Letusan selama 16 hari tersebut mendorong batu apung, bara api, dan abu ke stratosfer. Di sana, angin dari ketinggian membawa puing-puing ke timur. Letusan tersebut melepaskan sekitar 800 juta meter kubik abu yang melapisi pusat kota Edo (Tokyo) dengan abu yang digambarkan setebal beberapa sentimeter.
Letusan tahun 1707 menyebabkan kerusakan pada tanaman serta menyebabkan kelaparan yang meluas selama tahun berikutnya. Bencana itu pun menghancurkan bangunan-bangunan kayu tradisional. Tidak ada statistik yang dapat diandalkan tentang jumlah kematian yang disebabkan oleh letusan atau akibatnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah daerah di daerah sekitar Gunung Fuji telah mengembangkan peta bencana. Mereka juga menyusun rencana evakuasi bagi penduduk untuk menghindari aliran lava yang potensial. Penduduk juga telah diinstruksikan untuk menimbun kebutuhan pokok seperti makanan, air, dan perlengkapan pertolongan pertama.
“Pemerintah daerah dan pemerintah pusat bertanggung jawab untuk mengambil langkah-langkah ini. Mereka juga memberi tahu masyarakat agar bersiap. Tapi jika terjadi letusan seperti letusan 1707, maka kita akan menghadapi bencana besar,” kata Sagiya.
Source | : | south china morning post |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR