Portman memutuskan untuk mengunjungi pulau itu pada bulan Januari 1880 bersama kelompok narapidana Inggris, India, dan Burma.
Perjalanan pertama mereka berjalan tanpa banyak masalah, tetapi kunjungan kedua beberapa hari kemudian, berubah menjadi bencana.
Portman dan anak buahnya akhirnya menakuti penduduk pulau itu, yang kemudian bereaksi dengan agresif untuk mengusir mereka.
“Ekspedisi ini tidak berhasil …” tulisnya. “Kita tidak dapat dikatakan telah melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar meningkatkan rasa takut dan permusuhan mereka terhadap semua pendatang.”
Hal ini terjadi karena Portman dan anak buahnya bertemu dengan sebuah keluarga di hutan lebat. Keluarga itu ketakutan dengan kemunculan tiba-tiba Portman dan anak buahnya. Seorang pria Sentinel kemudian menarik busurnya dan perkelahian massal pun terjadi.
“Kami menangkap tiga orang tanpa cedera dan membawa mereka ke kapal,” tulis Portman.
Kelompok yang diculik tersebut kemudian dibawa ke ibu kota Kepulauan Andaman Selatan, Port Blair, “demi kepentingan sains”.
“Mereka jatuh sakit dengan cepat, dan lelaki tua beserta istrinya meninggal, sehingga keempat anaknya dipulangkan kembali ke rumah mereka dengan membawa banyak hadiah,” tulis Portman.
Kemungkinan besar, seperti suku-suku terpencil lainnya dan penduduk asli yang dikunjungi penjajah, anak-anak yang dikembalikan ke rumah mereka tersebut akhirnya menyerah pada penyakit yang diberikan oleh para penculik mereka. Pengalaman gagal itu membuat Portman jera dan keadaan menjadi jauh lebih aneh.
Survival International, sebuah organisasi hak asasi manusia yang memperjuangkan hak-hak masyarakat suku asli, telah menyatakan bahwa dampak dari tindakan Portman mungkin telah mendorong permusuhan suku Sentinel terhadap orang luar hingga hari ini.
“Tidak diketahui berapa banyak suku Sentinel yang jatuh sakit akibat 'sains' ini, tetapi kemungkinan besar anak-anak itu akan menularkan penyakit mereka dan akibatnya akan sangat menghancurkan,” menurut situs webnya.
Baca Juga: Penelitian Ilmiah Menyingkap Asal-usul Attila sang Hun dan Sukunya
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR