Makanan tinggi lemak dan gula dapat meningkatkan kadar dopamin di striatum hingga 200 persen dari tingkat normal. Peningkatan ini sebanding dengan yang terjadi saat seseorang mengonsumsi nikotin dan alkohol, dua zat adiktif yang umum di Amerika Serikat.
Penelitian menunjukkan bahwa gula dapat meningkatkan kadar dopamin sekitar 135–140 persen, sedangkan lemak sekitar 160 persen, meskipun efek lemak cenderung membutuhkan waktu lebih lama.
Sementara itu, obat-obatan terlarang memiliki efek yang jauh lebih kuat, seperti kokain yang melipatgandakan kadar dopamin dan metamfetamin yang dapat meningkatkan dopamin hingga 10 kali lipat.
Perubahan Makanan yang Kita Konsumsi
Seiring dengan meningkatnya pemahaman tentang pengaruh makanan terhadap otak, makanan semakin diproduksi agar sangat menggoda kita.
Tubuh kita sekarang kebanjiran makanan dengan konsentrasi nutrisi tertentu yang lebih tinggi, seperti lemak dan gula, serta kombinasi nutrisi yang lebih beragam dari sebelumnya. Ini ditambah dengan sifat sensorik seperti kelembutan es krim yang membuat makan menjadi lebih nikmat.
Dulu, manusia membuat makanan dari bahan-bahan utuh. Misalnya, kulit pai dibuat dari tepung dan mentega.
Sebaliknya, makanan olahan industri terbuat dari zat-zat yang diekstraksi dari makanan, seperti pati dan lemak terhidrogenasi. Bahan tambahan seperti perasa buatan, pengemulsi (yang menjaga minyak dan air tetap tercampur), dan penstabil (yang mempertahankan tekstur makanan) membuat makanan lebih menarik, namun berdampak buruk bagi kesehatan kita.
Para ahli seperti DiFeliceantonio berpendapat bahwa kita perlu membedakan antara makanan ultra proses dan makanan buatan sendiri. Kesadaran akan perbedaan ini adalah langkah awal untuk menghindari berbagai masalah kesehatan akibat pola makan yang buruk.
"Kita sudah lama membuat kue, biskuit, dan pizza di rumah. Namun, peningkatan kematian dan penyakit terkait pola makan baru terjadi setelah produksi makanan ultra-proses meningkat pada tahun 1980-an," kata DiFeliceantonio.
DiFeliceantonio berpendapat bahwa makanan yang sangat diproses bisa dikategorikan sebagai adiktif secara klinis.
Menurut hipotesis kecepatan, semakin cepat suatu zat memengaruhi otak, semakin adiktif zat tersebut. Banyak makanan olahan yang sudah dicerna sebagian agar dopamin dilepaskan lebih cepat.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR