Nationalgeographic.co.id—Ritual yang telah lama ada, dirancang dan disempurnakan selama berabad-abad, memungkinkan terjadinya masa berkabung dan memberikan ketertiban di momen transisi yang dramatis.
Paus Fransiskus meninggal pada hari Senin, di usia 88 tahun, di Casa Santa Marta, Vatikan. Kematiannya menjadi awal dari prosedur yang rumit namun telah teruji waktu untuk berkabung bagi Paus dan untuk memilih penggantinya.
Tradisi apa yang dilakukan setelah seorang pemimpin Gereja Katolik meninggal?
Setelah Paus Meninggal
Ritual yang telah lama ada telah dirancang dan disempurnakan selama berabad-abad untuk memastikan kerahasiaan dan transisi yang tertib. Transisi yang diatur dengan cermat ini memberikan ketertiban bagi gereja di momen perubahan yang paling dramatis.
Vatikan mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa Fransiskus telah meninggal pada pukul 7.35 pada Senin pagi.
Kematian seorang Paus dikonfirmasi oleh kepala departemen kesehatan Vatikan dan bendahara kardinal Gereja Roma Suci. Keduanya menjadi administrator de facto Vatikan. Jenazah Paus dibalut dengan jubah putih dan dibawa ke kapel pribadi Paus.
Kardinal Chamberlain (camerlengo) memiliki peran khusus dalam periode transisi kekuasaan Paus. Terutama dalam memverifikasi kematian atau pengunduran diri Paus. Jabatan ini sekarang dipegang oleh Kardinal Kevin Joseph Farrell yang berusia 77 tahun. Ia dan pejabat lainnya, beserta anggota keluarga Paus, berkumpul di kapel untuk sebuah upacara. Jenazah dibaringkan dalam peti mati yang terbuat dari kayu dan dilapisi seng. Paus berpakaian merah. Topi (miter) dan pallium-nya diletakkan di sampingnya.
“Setelah upacara, camerlengo menyusun dokumen yang mengesahkan kematian Paus, dengan membubuhkan laporan dokter,” tulis Jason Horowitz di laman The New York Times.
Ia mengamankan surat-surat pribadi Paus dan menyegel apartemennya. Tempat tinggal Paus Fransiskus merupakan bagian besar dari lantai dua di Casa Santa Marta. Casa Santa Marta merupakan wisma tamu di Vatikan yang biasanya digunakan oleh para kardinal yang berkunjung.
Camerlengo juga mengatur penghancuran apa yang disebut cincin nelayan (fisherman’s ring). Cincin tersebut digunakan oleh Paus untuk menyegel dokumen. Cincin nelayan dihancurkan dengan palu seremonial, untuk mencegah pemalsuan.
Baca Juga: Laudato Si' dan Seruan Paus Fransiskus untuk 'Tobat Ekologis' bagi Warga Dunia
Pemberian Penghormatan
Paus Fransiskus membawa gaya yang bersahaja ke gereja. Ia menolak pakaian yang rumit dan apartemen kepausan yang megah. Rencananya mempertahankan gaya itu hingga akhir, mengurangi sebagian kemegahan dan upacara pemakaman.
Dalam menulis ulang upacara pemakaman pada tahun 2024, Paus Fransiskus menyederhanakan beberapa elemen. Sejak abad ke-13, jenazah Paus dibalsem dan diletakkan di atas alas yang tinggi. Para pelayat diberi kesempatan untuk memberikan penghormatan terakhir.
Ketika Paus Yohanes Paulus II meninggal pada tahun 2005, jenazahnya pertama kali dibawa ke Istana Apostolik. Selama beberapa jam, kardinal, uskup, dan anggota hierarki gereja, serta pejabat terkemuka Italia diberi kesempatan untuk memberikan penghormatan pribadi.
“Paus Fransiskus menyingkirkan penghormatan semacam itu,” ungkap Horowitz. Sebaliknya, penghormatan terakhir akan dilakukan langsung di Basilika Santo Petrus. “Tempat ribuan orang berbondong-bondong untuk memberikan penghormatan terakhir kepada para Paus di masa lalu,” jelas Horowitz.
Namun, jenazah Paus Fransiskus rencananya akan tetap berada di dalam peti jenazah, yang tidak akan diletakkan di atas alas yang tinggi. “Paus Fransiskus memutuskan untuk menonjolkan kerendahan hati alih-alih pemuliaan,” kata Agostino Paravicini Bagliani, seorang sejarawan gereja.
Dewan Kardinal memutuskan hari dan jam jenazah Paus akan dibawa ke Basilika Santo Petrus. Keputusan itu dilakukan dalam prosesi yang dipimpin oleh seorang camerlengo. Mereka juga akan menentukan kapan penghormatan terakhir akan dimulai.
Pemakaman
Pemakaman Paus diperkirakan akan berlangsung 4 hingga 6 hari setelah kematiannya. Upacara di berbagai gereja di Roma akan berlangsung selama 9 hari.
Paus-paus sebelumnya ditempatkan di tiga peti jenazah bertingkat, satu dari cemara, satu dari seng, dan satu dari elm. Namun, Paus Fransiskus mengubah aturannya. Ia memutuskan untuk dimakamkan dalam satu peti jenazah, yang terbuat dari kayu dan dilapisi seng.
Peti jenazah ditutup pada malam sebelum pemakaman. Wajah Paus ditutupi oleh kerudung sutra putih. Paus akan dimakamkan dengan tas berisi koin yang dicetak selama masa kepausannya dan tabung dengan rogito atau akta. Akta itu secara singkat mencantumkan rincian kehidupan dan kepausannya. Rogito dibacakan dengan suara keras sebelum peti jenazah ditutup.
Aturan baru tersebut juga memperbolehkan Paus dimakamkan di gereja selain Basilika Santo Petrus. Paus Fransiskus telah meminta agar ia dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore. Gereja tersebut merupakan gereja yang sangat disukai oleh Paus Fransiskus. Basilika Santa Maria Maggiore juga sering dikunjunginya untuk berdoa di depan ikon Perawan Maria.
Konklaf
Dalam waktu 15 hingga 20 hari setelah kematian Paus, dekan Dewan Kardinal, Kardinal Giovanni Battista Re, 91 tahun, akan memanggil para kardinal ke Roma. Para kardinal akan menghadiri konklaf guna memilih pengganti Paus Fransiskus.
Periode antara kematian seorang Paus dan pemilihan Paus baru disebut sede vacante atau jabatan kosong. Selama masa itu, Dewan Kardinal memegang pengawasan umum atas gereja, tetapi dilarang membuat keputusan besar apa pun.
Saat para kardinal bertemu, mereka berkumpul di Kapel Sistina. Semua kardinal elektor harus bersumpah untuk merahasiakannya dan memberikan suara melalui pemungutan suara rahasia. Mayoritas dua pertiga diperlukan untuk memilih Paus baru.
Asap Putih
Para kardinal memberikan suara berulang kali hingga mencapai mayoritas dua pertiga. Setelah setiap pemungutan suara, surat suara dibakar di tungku, bersama dengan zat tambahan yang menghasilkan warna. Dan asap dilepaskan melalui cerobong asap yang dapat dilihat dari Lapangan Santo Petrus. Di lapangan itu, orang banyak biasanya berkumpul untuk menonton dan menunggu. Jika pemungutan suara berakhir tanpa mayoritas dua pertiga, asapnya berwarna hitam.
Saat keputusan diambil, asapnya berwarna putih.
Di dalam Vatikan, dekan dewan kardinal bertanya kepada penerus terpilih apakah ia menerima pekerjaan tersebut. Setelah mendapat jawaban yang dianggap ya, dekan menanyakan nama yang ingin ia gunakan sebagai Paus.
Di sakristi kapel, Paus baru mengenakan jubah putih. Setelah menyapa para kardinal, ia menuju balkon Basilika Santo Petrus. Di balkon itu seorang kardinal senior menyatakan, dalam bahasa Latin, “Habemus papam” atau “Kita memiliki seorang Paus.”
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR