Nationalgeographic.co.id—Tyrannosaurus rex atau T.rex adalah salah satu dinosaurus karnivora terbesar yang pernah hidup. T.rex hidup antara 67 juta dan 66 juta tahun yang lalu, pada akhir periode Kapur (145 juta hingga 66 juta tahun yang lalu).
Setelah ratusan tahun T.rex punah, kini sebuah kemitraan dari beberapa perusahaan mengumumkan rencana untuk membuat aksesori fesyen mewah dari "kulit" T.rex. Apakah hal ini memungkinkan?
Sebuah tim perusahaan rintisan bioteknologi ingin membuat kulit yang tumbuh di laboratorium menggunakan sisa-sisa fosil raja dinosaurus T.rex.
Rencananya, kulit T. rex akan diproduksi di laboratorium dan dimaksudkan menjadi alternatif yang "ramah lingkungan" dan "bebas dari kekejaman" yang banyak terjadi pada produksi kulit tradisional. Pernyataan ini dirilis oleh agensi pemasaran VML, yang juga merupakan salah satu dari tiga perusahaan yang terlibat dalam proyek ini.
Dilansir laman Science Alert, proyek ambisius ini merupakan kolaborasi antara perusahaan bioteknologi Lab-Grown Leather Ltd dan The Organoid Company bersama dengan VML.
Mereka berencana untuk mendasarkan material barunya pada kolagen T. rex yang telah menjadi fosil, protein umum yang memberikan struktur pada kulit dan jaringan lainnya. Perusahaan tersebut kemudian akan membuat material tersebut dengan merekayasa sel dengan DNA sintetis atau yang dibuat secara artifisial.
Menurut siaran pers dari VML, perusahaan tersebut menganggap kulit hasil laboratorium sebagai "masa depan yang lebih berkelanjutan dan etis bagi industri bahan mewah", dengan menghindari kematian hewan, penggundulan hutan, dan bahan kimia yang terlibat dalam proses pembuatan kulit tradisional.
Mereka berharap kulit T. rex khususnya akan menawarkan "daya tahan alami, kemampuan diperbaiki, dan sentuhan yang diharapkan pada barang-barang kulit kelas atas."
Namun dalam pengumuman mereka, perusahaan tersebut juga mengklaim material baru tersebut akan "direkayasa menggunakan DNA T.rex", yang belum pernah diekstraksi oleh para ilmuwan dari fosil dinosaurus mana pun.
Bahkan pada fosil yang paling terawat sekalipun, DNA tampaknya tidak bisa bertahan lebih dari sekitar satu juta tahun sebelum akhirnya terlalu hancur dan rusak untuk bisa dibaca atau dianalisis.
Fragmen DNA tertua yang tercatat, yang diekstraksi dari gigi geraham mammoth Siberia, berusia sekitar 1,6 juta tahun. Sementara itu, T. rex punah 66 juta tahun yang lalu, jadi tidak ada harapan untuk memulihkan DNA-nya.
Baca Juga: Kebohongan Terbesar Fosil Dinosaurus dari Tiongkok yang Menipu Dunia
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR