Detak jantung haenyeo turun sekitar 50 persen lebih banyak selama penyelaman simulasi dibandingkan dengan kelompok lain. Hal ini membantu haenyeo menahan napas lebih lama dengan membatasi oksigen yang dibutuhkan tubuh dan mengurangi kerja jantung. Para peneliti berteori bahwa fitur ini merupakan hasil dari pelatihan seumur hidup para penyelam.
“Perbedaan detak jantungnya sangat dramatis,” kata Ilardo. “Kami memiliki satu orang yang detak jantungnya turun lebih dari 40 detak per menit dalam 15 detik.”
Analisis genomik menunjukkan penduduk Jeju, baik penyelam maupun bukan penyelam, secara genetik berbeda dari peserta dari daratan Korea. Penduduk Jeju kemungkinan besar merupakan keturunan dari populasi leluhur yang kecil, menurut Ilardo. Mereka terisolasi dari daratan untuk waktu yang lama. Ilardo mencatat ada periode dalam sejarah ketika orang tidak diizinkan untuk masuk atau meninggalkan pulau tersebut.
Dari peserta dari Jeju, 33 persen memiliki dua varian gen yang dapat membantu tubuh mengatasi tekanan saat menyelam. Hal ini dibandingkan dengan hanya 7 persen peserta dari daratan. Salah satu varian dikaitkan dengan toleransi dingin, yang akan membuat penyelam tidak terlalu rentan terhadap hipotermia. Varian lainnya dikaitkan dengan tekanan darah diastolik yang rendah.
Varian genetik tekanan darah ini dapat melindungi haenyeo saat mereka menyelam dalam kondisi hamil. Biasanya, haenyeo yang hamil akan menyelam hingga hari mereka melahirkan. Para peneliti menyarankan varian genetik tekanan darah rendah ini dapat melindungi dari komplikasi seperti preeklamsia. Risiko kesehatan bagi wanita hamil itu yang dapat diperburuk oleh menyelam.
“Preeklamsia benar-benar hal yang membuat stres bagi tubuh Anda,” kata Ilardo tentang menyelam di air dingin, “dan kami pikir varian genetik ini dapat melindungi mereka melalui perannya dalam cara memengaruhi pembuluh darah. Akhirnya mengurangi risiko bagi ibu dan anak.”
Beradaptasi dengan dunia yang berubah
Studi ini menjadikan haenyeo sebagai populasi kedua yang diketahui yang tampaknya berevolusi untuk menyelam, selain Bajau.
“Studi ini adalah demonstrasi yang mengagumkan tentang variasi, evolusi, dan fleksibilitas manusia,” kata Ocobock.
Variasi genetik yang dimiliki banyak penduduk Jeju mungkin tidak hanya membantu dalam menyelam, kata Ilardo. Tapi mungkin juga terkait dengan fakta bahwa Jeju memiliki angka kematian stroke terendah di seluruh Korea.
“Sangat menakjubkan jika para wanita yang menjalani kehamilan ini benar-benar mendorong fenotipe kesehatan yang memengaruhi seluruh pulau ini,” ungkap Ilardo. “Pemahaman yang lebih baik tentang cara kerja varian gen ini dapat memberikan informasi tentang perawatan kesehatan kardiovaskular,” jelasnya.
Menjelajahi cara tubuh manusia beradaptasi dan beraklimatisasi terhadap kondisi ekstrem juga penting dalam menghadapi perubahan iklim, kata Ocobock.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR