Tradisi matrilineal ini tidak begitu populer di kalangan generasi muda. Penyelam saat ini rata-rata berusia sekitar 70 tahun dan mungkin merupakan generasi terakhir penyelam haenyeo. Artinya peluang untuk mempelajari sifat-sifat genetik ini mungkin sudah tertutup.
Ilardo mengatakan bahwa penyelaman di Jeju kemungkinan telah terjadi selama ribuan tahun. Namun tidak jelas kapan tepatnya hal itu beralih hanya kepada wanita.
Adaptasi pada kondisi ekstrem
Tubuh manusia dapat beradaptasi dan beraklimatisasi untuk menoleransi kondisi ekstrem. Misalnya di dataran tinggi dan suhu beku.
“Manusia adalah makhluk ‘super’, kita hidup di mana-mana,” kata Joshua Tremblay, peneliti kardiovaskular di University of British Columbia. “Kami telah melakukan pekerjaan yang sangat baik tidak hanya dalam beradaptasi secara perilaku atau budaya. Tapi juga beradaptasi secara fisiologis.”
Cara Ocobock bekerja dengan dengan para penggembala rusa kutub di Finlandia yang sering terpapar suhu dingin ekstrem. Antropolog di University of Notre Dame itu menemukan bahwa tubuh penggembala cenderung memiliki lebih banyak lemak. Namun jenis lemaknya khusus untuk menyimpan panas.
Beberapa populasi yang tinggal di dataran tinggi memiliki adaptasi fisiologis dan genetik terhadap kadar oksigen atmosfer yang relatif rendah, tambah Tremblay. Namun, adaptasi tersebut bervariasi. Orang-orang yang tinggal di Andes beradaptasi dengan memproduksi lebih banyak sel darah merah. Sementara di Tibet adaptasi mungkin lebih terfokus pada konsentrasi hemoglobin. Keduanya memungkinkan mereka membawa lebih banyak oksigen dalam darah.
Suku Bajau yang menyelam di Indonesia mengembangkan limpa yang lebih besar. Limpa tersebut meningkatkan sirkulasi sel darah merah dan oksigen selama penyelaman. Hal ini diungkap dalam makalah yang diterbitkan Ilardo pada tahun 2018. Makalah tersebut bertajuk “Physiological and Genetic Adaptations to Diving in Sea Nomads”.
Temuan Ilardo itulah yang memungkinkannya untuk mempelajari apakah penyelam Haenyeo memiliki adaptasi serupa. Bersama dengan Joo Young Lee di Seoul National University, keduanya bekerja dengan haenyeo selama lebih dari satu dekade.
Menguji kekuatan super penyelam
Ilardo dan timnya membandingkan genom 30 penyelam haenyeo dengan genom 30 orang non-haenyeo dari Pulau Jeju. Serta 31 orang dari daratan Korea. Usia rata-rata semua peserta adalah 65 tahun. Semua peserta juga menjalani simulasi penyelaman. Mereka mereka membenamkan wajah di bak air dingin sambil menahan napas.
Baca Juga: Serigala Purba yang Sudah Punah 'Lahir Kembali' Lewat Rekayasa Genetik
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR