Seperti diketahui, lahan yang sehat menyediakan ketahanan pangan dan sistem pertanian berkelanjutan, kata penelitian tersebut.
Namun dengan begitu banyak lahan subur dan produktif yang terdegradasi setiap tahunnya, penggurunan yang sedang berlangsung justru mempercepat hilangnya keanekaragaman hayati , kelaparan, dan kemiskinan.
Migrasi paksa dan konflik memperebutkan sumber daya yang semakin menipis akan menjadi beberapa konsekuensi selanjutnya.
"Lahan dan tanah di bawah kaki kitalah yang menumbuhkan kapas untuk pakaian yang kita kenakan, mengamankan makanan di piring kita, dan menopang perekonomian yang kita andalkan," kata Ibrahim Thiaw, sekretaris eksekutif UNCCD.
Memerangi penggurunan
Langkah utama untuk memerangi penggurunan adalah pemulihan tanah dan promosi pertanian dan pengelolaan penggembalaan yang lebih berkelanjutan dan "bersifat positif terhadap alam", menurut Susan Gardner, direktur divisi ekosistem di Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP).
Hal ini berjalan seiring dengan konservasi "daerah aliran sungai" yang menyimpan air.
Misalnya saja, Program Pangan Dunia PBB telah berupaya meningkatkan ketahanan air di Mauritania dan Niger di Afrika barat dengan membangun "bulan sabit" yang menahan air hujan.
Kolam setengah lingkaran membantu tanah yang terdegradasi menahan air lebih lama dan mendukung pertumbuhan tanaman. Kolam ini praktis dan ekonomis, sehingga penduduk setempat mampu membangunnya.
Langkah yang lebih drastis juga sedang diambil untuk menghentikan penyebaran gurun. Pada tahun 2007, negara-negara di wilayah Sahel di Afrika memutuskan untuk menghentikan penyebaran Gurun Sahara ke utara (yang dipicu oleh kekeringan dan perubahan iklim) dengan memelihara pohon, padang rumput, dan tumbuhan untuk menciptakan Tembok Hijau Besar.
Miliaran pohon akan ditanam di hampir 8.000 kilometer (4.970 mil) dari pantai Afrika Barat hingga Timur untuk menciptakan zona penyangga guna mencegah penggurunan lebih lanjut.
Menurut data PBB terbaru, seperlima dari target restorasi telah tercapai, tetapi kemajuannya terhambat karena kurangnya dana. Meskipun demikian, berbagai inisiatif baru terus berlanjut untuk menghijaukan 100 juta hektar lahan terdegradasi di seluruh Afrika.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR