Pernyataan Starners didasari oleh tulang punggung bagian lumbar yang mereka temukan. Fosil tersebut menjadi indikator yang baik untuk memperkirakan ukuran keseluruhan hewan itu.
Dengan rahang besar dan gigi berbentuk kerucut, M. hoffmanni menjadi predator puncak. Ia memangsa apa pun yang mereka inginkan—termasuk ikan, hiu, burung laut, bahkan sesama mosasaurus. Para peneliti bahkan pernah menemukan fosil mosasaurus di dalam perut fosil mosasaurus lainnya.
Terlebih di kawasan yang kini menjadi Mississippi, mosasaurus tampaknya tidak kekurangan makanan. Sebab pada masa Kapur Akhir, kawasan tersebut adalah laut tropis dangkal yang kaya akan kehidupan.
Starnes menjelaskan, bahwa pada masa itu, seluruh wilayah Mississippi tertutup laut tropis yang hangat dan dangkal, penuh dengan kehidupan, termasuk beragam spesies hiu, ikan, kadal laut, dan ammonit.
“Pterosaurus dan bahkan beberapa burung kemungkinan terbang di atasnya, sementara berbagai jenis dinosaurus pemakan tumbuhan dan daging berjalan di sepanjang garis pantai dan hutan muara,” tambahnya.
Selain sebagai salah satu yang terbesar, M. hoffmanni juga merupakan salah satu mosasaurus terakhir. Kelompok ini punah bersama dinosaurus non-aves setelah asteroid Chicxulub menghantam Bumi 66 juta tahun lalu. Ekosistem laut yang kaya runtuh setelah bencana tersebut, mengakhiri masa kejayaan predator samudra yang luar biasa ini.
Fosil sederhana yang mencuat dari dasar sungai ini menjadi jendela menuju dunia purba yang penuh predator raksasa. Di balik setiap penemuan, kita tidak hanya menyusun kembali sejarah kehidupan, tetapi juga menyadari betapa luar biasanya keberagaman makhluk yang pernah hidup di planet kita.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Lastboy Tahara Sinaga |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR