Nationalgeographic.co.id—Dalam trailer film Jurassic World, spinosaurus muncul dengan layar berduri yang membelah laut biru. Dinosaurus tersebut mengitari kapal dan membuat air bergolak.
Adegan itu membawa kembali dinosaurus kontroversial itu ke film Jurassic Park. Selama penampilan singkatnya sebelumnya, Spinosaurus mengintai para pahlawan film itu melalui hutan.
Namun dalam film Jurassic World, berdasarkan gelombang bukti ilmiah terkini, Spinosaurus berenang.
Konsep dinosaurus yang berenang mengubah “permainan” bagi para ahli paleontologi. Zaman dinosaurus berlangsung dari sekitar 240 juta tahun yang lalu hingga 66 juta tahun yang lalu. Saat itulah dinosaurus mendominasi Bumi, menginjak-injak, merumput, dan berlarian di setiap benua, termasuk Antarktika.
Ada sekitar 700 spesies dinosaurus yang telah punah (tidak termasuk burung). Dan semuanya adalah hewan darat. Laut, sungai-itu adalah wilayah kekuasaan makhluk lain.
Semua itu berubah dalam dekade terakhir. Saat itu, sekelompok ahli paleontologi mengusulkan bahwa keanehan anatomi spinosaurus paling masuk akal jika Anda melihatnya melalui lensa air. Dinosaurus ini, menurut mereka, menjalani hidupnya sebagian besar di bawah air.
Spinosaurus berenang atau menyelam adalah hipotesis yang masih sangat kontroversial. Namun tidak diragukan lagi, hal ini pun mendorong penelitian lebih lanjur, bersama dengan minat populer terhadap makhluk unik ini.
Spinosaurus tidak perlu menjadi perenang untuk menonjol dari dinosaurus lain. Hewan ini sangat mencolok. “Spinosaurus adalah jenis predator bertampang garang dan bergigi tajam yang menarik banyak pengunjung museum,” tulis Carolyn Gramling di laman Science News.
Pertama-tama, hewan ini sangat besar. Dengan panjang 15 meter, spinosaurus adalah dinosaurus predator terpanjang yang pernah ditemukan. Tubuhnya lebih besar dari Tyrannosaurus rex. Moncongnya sempit seperti buaya. Layar besar di punggungnya yang lebih tinggi dari manusia. Ekornya panjang, pipih, dan seperti dayung.
“Kelihatannya aneh, bahkan menurut standar dinosaurus,” kata Thomas Holtz, paleontologi vertebrata di University of Maryland. “Ia sama sekali tidak mirip dengan T. rex atau velociraptor atau dinosaurus predator lainnya yang sudah dikenal. Bahkan di antara kerabat terdekatnya, yang secara kolektif disebut spinosaurid, spinosaurus adalah tampak berbeda. Ia tidak seperti yang lainnya. Spinosaurus bukanlah jenis dinosaurus yang biasa dilihat oleh kebanyakan orang,” kata Holtz.
Spinosaurus yang berenang, seperti versi yang muncul di Jurassic World, akan menjadi penemuan yang luar biasa. Tentu saja, jika dapat dikonfirmasi oleh para ahli paleontologi.
Baca Juga: Jika Mosasaurus dan Megalodon Bertarung, Siapa yang akan Menang?
Membaca tulang-tulang spinosaurus
Setiap upaya untuk menata kembali habitat dan gaya hidup makhluk yang telah punah harus dimulai dengan tulang-tulangnya. Dan hal ini menjadi masalah. “Tidak seperti dinosaurus karnivora terkenal lainnya, kita belum memiliki satu pun kerangka spinosaurus yang bagus,” kata Holtz.
Fosil spinosaurus pertama ditemukan pada tahun 1912 di Oasis Bahariya di Mesir bagian barat. Fosil itu hanyalah kerangka parsial, terdiri dari rahang bawah serta beberapa gigi seperti buaya. Ada segenggam tulang belakang yang memiliki duri setinggi hingga 2 meter.
Fosil-fosil itu sangat khas sehingga ahli paleontologi, Ernst Stromer, menentukan bahwa fosil-fosil itu pasti milik makhluk yang baru ditemukan. Ia menamakannya Spinosaurus aegyptiacus. Hingga saat ini, Spinosaurus aegyptiacus tetap menjadi satu-satunya spesies yang disepakati dalam genus spinosaurus.
Selama beberapa dekade, fosil-fosil tersebut, yang dipasang di museum sejarah alam di Munich, merupakan satu-satunya sisa Spinosaurus. Kemudian pasukan sekutu mengebom kota tersebut pada tahun 1944. Ironisinya, bom itu menghancurkan sebagian besar museum dan fosil-fosil yang ada di dalamnya.
Beruntung bagi para ahli paleontologi dan penggemar dinosaurus, Stromer membuat sketsa tulang-tulang tersebut secara terperinci.
“Stromer membuat ilustrasi yang sangat indah, dan sering kali dalam beberapa tampilan. Jadi kita dapat merekonstruksi ukuran spinosaurus secara wajar,” kata Paul Sereno. Sereno adalah seorang ahli paleontologi vertebrata di University of Chicago.
Hingga sekitar tahun 2009, sketsa-sketsa tersebut merupakan satu-satunya yang dimiliki para peneliti. Tulang-tulang spinosaurus baru terbukti sulit ditemukan. Fosil-fosil fragmentaris yang dianggap milik Spinosaurus ditemukan di Tunisia, Maroko, dan Niger antara tahun 1970-an dan 2000-an. Fosil itu berupa gigi-gigi yang terisolasi dan potongan-potongan rahang dan moncong spinosaurus.
Spesies dengan moncong mirip buaya tetapi tidak memiliki duri saraf yang tinggi ditemukan. Spesies itu dikelompokkan ke dalam pohon keluarga spinosaurid yang lebih besar.
Studi tahun 2003 bahkan mengusulkan bahwa kerangka spinosaurus milik Stromer mungkin merupakan chimera, campuran tulang-tulang dari dinosaurus lain. “Kelangkaan tulang yang ekstrem mungkin ada hubungannya dengan fakta bahwa spinosaurus hidup di bagian dunia yang sekarang adalah Sahara,” kata Nizar Ibrahim. Ibrahim adalah ahli paleontologi vertebrata di Portsmouth University.
Para ahli paleontologi kembali ke Oasis Bahariya berulang kali, mencari bukti lebih lanjut dengan sia-sia.
Kemudian, Ibrahim berkata, ia mengunjungi museum di Milan pada tahun 2008. Ia melihat satu set tulang rahang yang baru diperoleh yang ia kenali sebagai milik spinosaurus. Tulang-tulang itu, ia ketahui, telah dibeli dari seorang pemburu fosil lepas asal Maroko. Ibrahim bertekad untuk melacak orang ini. Melawan segala rintangan, Ibrahim melihat pedagang itu di sebuah pasar di Maroko. Ibrahim pun membujuk orang itu untuk membawanya ke lereng curam terpencil di wilayah Kem Kem, Maroko. Lereng itu merupakan tempat tulang-tulang itu ditemukan. Lereng di Kem Kem adalah situs yang jauh di dalam gurun, dekat perbatasan dengan Aljazair.
Ibrahim mendaki lereng yang sangat curam ini, naik turun lagi. Jam demi jam berlalu, bensin mulai menipis dan ia bertanya-tanya apakah mereka bisa keluar lagi.
Namun, perjalanan itu sepadan. Lapisan Kem Kem ternyata menyimpan banyak fosil yang mengungkap kejutan baru tentang spinosaurus.
Kehidupan akuatik
Ibrahim dan rekan-rekannya memaparkan analisis mereka terhadap tulang-tulang spinosaurus dalam sebuah studi tahun 2014 di Science. Studi itu bertajuk “Semiaquatic adaptations in a giant predatory dinosaur”.
Material Spinosaurus baru cukup menarik, setelah jeda selama seabad. Namun, yang benar-benar menjadi berita utama adalah dugaan tim bahwa makhluk itu mungkin sebagian besar akuatik.
Air hampir pasti ada di dekatnya. Sahara yang gersang dan berangin saat ini jauh lebih basah di masa lalu. Sekitar 100 juta tahun yang lalu, permukaan laut rata-rata Bumi sekitar 200 meter lebih tinggi daripada saat ini. Jadi, memunculkan laut pedalaman dan jalur air yang luas.
Amerika Utara terbagi dua oleh Western Interior Seaway, yang membentang dari Meksiko hingga Kanada. Di seberang Samudra Atlantik, Afrika bagian barat terbagi oleh Trans-Saharan Seaway, yang meliputi sebagian besar Aljazair, Mali, dan Niger.
Analisis kimia terhadap gigi yang ditemukan sebelumnya menunjukkan bahwa spinosaurus memakan banyak ikan. Ibrahim dan timnya menguraikan berbagai bukti baru yang menurut mereka mengarah pada gaya hidup akuatik. Tulang tungkai Spinosaurus padat, seperti tulang penguin atau manatee, hewan yang berevolusi menjadi penghuni air. Tulang padat seperti itu membantu hewan-hewan tersebut mengendalikan daya apungnya.
Spinosaurus juga memiliki tulang pinggul yang lebih kecil daripada dinosaurus predator besar lainnya. Bersama dengan tungkai belakang yang pendek dan berotot (pada saat itu, belum ada tungkai depan yang ditemukan atau dideskripsikan). Ciri-ciri ini menunjukkan bahwa spinosaurus sebenarnya tidak bipedal, seperti dinosaurus karnivora lainnya. Namun mereka menggunakan keempat tungkai untuk bergerak, seperti yang mungkin diperlukan di dalam air.
Adaptasi akuatik lainnya yang mungkin termasuk gigi berbentuk kerucut, yang akan sangat mahir menangkap ikan yang licin. Serta posisi lubang hidungnya, jauh di belakang ujung moncong. Posisi hidung itu dapat membantu spinosaurus bernapas dengan mudah saat berenang.
Selama beberapa tahun berikutnya, Ibrahim berkali-kali kembali ke situs Kem Kem. Pada tahun 2020, ia mengumumkan penemuan lain yang menjadi berita utama: ekor yang hampir lengkap. Sesuai dengan namanya, ekor itu sangat aneh, panjangnya hampir sama dengan tubuh makhluk itu. Ekor itu dilengkapi dengan serangkaian duri tinggi yang membentuk sirip ekor.
Dan bagi Ibrahim dan rekan-rekannya, ekor itu membantu menyempurnakan gambaran yang mereka bangun. Mereka menggambarkan tentang dinosaurus yang secara khusus beradaptasi untuk menghabiskan waktunya di air. Ekor itu ideal untuk propulsi air, mereka melaporkan dalam sebuah studi tahun 2020 di Nature. Studi itu bertajuk “Tail-propelled aquatic locomotion in a theropod dinosaur”.
Secara mengejutkan, ekor itu memungkinkan berbagai gerakan, seperti gerakan berayun ke samping. Versi robotik dari ekor tersebut, yang diuji di tangki air, mengungguli ekor tiruan dinosaurus lain dalam hal propulsi. Serta mendekati kinerja ekor perenang semiakuatik seperti buaya.
Tim menyimpulkan jika spinosaurus menggunakan ekornya untuk membelah air dengan kuat. Dinosaurus ini berenang secara aktif untuk mengejar mangsanya. Singkatnya, ia adalah monster air, bukan teror daratan.
Sketsa artistik dari versi spinosaurus ini bahkan lebih condong ke gagasan gaya hidup berair. Dinosaurus tersebut digambarkan mengejar mangsa di bawah air, rahangnya menyambar, kakinya mengayuh. Ekornya yang panjang dengan kuat mengiris ke samping untuk mendorongnya ke depan. Publik menyukai versi spinosaurus ini: Ia menarik, menyenangkan, dan dinamis.
Namun, bagi beberapa ahli paleontologi, visi ini agak berlebihan.
Perdebatan para ahli paleontologi
Jurnal tentang ekor yang dibuat oleh Ibrahim dianggap terlalu berlebihan oleh Holtz dan ahli paleontologi vertebrata David Hone. Keduanya pun menulis tanggapan cepat terhadap hal tersebut pada tahun 2021. Bukti yang ada meyakinkan tetapi jauh dari kata konklusif, tulis mereka di Palaeontologia Electronica. Tentu saja, spinosaurus mungkin semiakuatik, hidup di dekat dan berburu di dalam air. Namun tidak ada cukup bukti bahwa spinosaurus mampu berenang atau mengejar mangsa di dalam air.
Sebaliknya, mereka mengusulkan bahwa dinosaurus tersebut lebih mirip burung bangau alih-alih buaya. Menurut Holtz dan Hone, spinosaurus mengarungi air dan memancing dari garis pantai atau dari perairan dangkal. Mengenai layar yang tinggi dan ekor berbentuk dayung, itu bukanlah adaptasi untuk berenang. Namun merupakan pertunjukan flamboyan untuk kawin atau perilaku sosial lainnya, kata mereka.
Sereno juga skeptis bahwa spinosaurus bisa berenang. Dalam studi terpisah, ia dan rekan penulisnya memeriksa ulang daya apung spinosaurus. Ia menggunakan model kerangka dan daging berdasarkan fosil dan otot yang disisipkan.
Tulang yang padat, dengan sendirinya, belum tentu menunjukkan bahwa seekor hewan bisa berenang. Kuda nil juga memiliki tulang yang padat, tetapi mereka berjalan di dasar sungai atau danau. Bagaimanapun, kata Sereno, pemeriksaan mereka terhadap tulang spinosaurus menunjukkan bahwa tulang tersebut sebenarnya tidak sepadat yang diperkirakan.
“Kami menulis bantahan yang panjang,” kata Sereno. Tulangnya memang padat, tetapi juga mengandung kantong udara yang signifikan. Dan meskipun tungkai belakangnya padat, ukurannya relatif kecil. Sehingga mengurangi efektivitasnya sebagai pemberat atau pengendali daya apung.
Model tersebut, yang dilaporkan tim Sereno tahun 2022 di eLife, menunjukkan hewan yang berjalan dengan dua kaki di darat. Spinosaurus tidak stabil dan lambat di air, serta terlalu terapung untuk bisa menyelam.
Perdebatan ini berkecamuk sebagian karena ada sains dan seni dalam mengekstrapolasi dari potongan tulang ke kehidupan hewan. Bagaimana ia bergerak, bagaimana ia makan, bagaimana ia berinteraksi dengan hewan lain.
Tanpa satu pun kerangka lengkap, setiap kali potongan baru Spinosaurus muncul, orang-orang menjadi heboh. Mereka berebut membayangkan seperti apa rupa dinosaurus itu atau bagaimana perilakunya.
"Dalam dunia penggemar dinosaurus, itu sudah menjadi lelucon selama 11 tahun terakhir," kata Holtz.
Ada banyak upaya merekonstruksi cara spinosaurus bergerak dan hidup. Namun upaya itu dihambat oleh kurangnya kerangka lengkap yang dapat menyatukan semuanya.
Dan keanehan spinosaurus yang luar biasa berarti bahwa sebenarnya tidak ada analog hidup yang jelas untuk membantu semuanya. Para peneliti telah membandingkan berbagai bagian tubuh dan fungsinya dengan berbagai hal. Mulai dari buaya, bangau, kadal air, hingga belut, tetapi tidak ada yang benar-benar cocok.
“Hewan ini sangat berbeda dari hewan apa pun yang hidup saat ini, dan itu hal yang luar biasa,” kata Ibrahim.
Misteri abadi
Tanyakan kepada ahli paleontologi apa yang dibutuhkan untuk lebih memahami hewan yang telah punah. Dan mereka semua akan memberi tahu Anda hal yang sama: lebih banyak tulang.
Bagi Ibrahim, sebagian daya tarik spinosaurus adalah misteri abadi. Spinosaurus tidak memiliki analog hidup yang dekat untuk mempermudah. Mereka hanya memiliki potongan-potongan yang menciptakan teka-teki yang menggoda, tanpa gambar pada sampul kotak untuk menjelaskan seperti apa bentuknya.
“Kegembiraan bekerja pada spinosaurus adalah menemukan semua hal baru ini. Anda menelitinya untuk melihat ke mana bukti membawa Anda,” kata Ibrahim.
Perjalanan yang berulang ke hamparan Kem Kem di Maroko terus menghasilkan harta karun. Harta karun tersebut terdiri dari ratusan tulang baru yang ia dan rekan-rekannya upayakan untuk disatukan menjadi satu kesatuan. Penutup kotak teka-teki itu mungkin sulit ditemukan, tetapi ia bertekad. “Kita tidak bisa membuang apa pun,” kata Ibrahim. “Bahkan fragmen terkecil pun sebenarnya bisa menjadi bagian yang hilang.”
Peneliti lain juga masih memburunya. Pada 2024, Sereno mengumumkan tentang penemuan kerangka parsial spesies spinosaurus baru yang belum pernah terlihat sebelumnya. Fosil yang ditemukan di Niger itu meliputi tengkorak dengan rahang bermoncong sempit. Juga lengan bawah dengan cakar panjang. Serta sebagian tungkai belakang. Tengkorak itu juga memiliki jambul seperti pedang, yang tertinggi yang pernah dilaporkan pada dinosaurus predator.
“Penemuan tersebut memberi kepercayaan,” kata Sereno, “pada gagasan bahwa layar tinggi dan sirip ekor Spinosaurus mungkin untuk pertunjukan sosioseksual. Dan bukan untuk penggerak.”
Spesies spinosaurus baru ini juga, tak terbantahkan, bukan perenang, Sereno menambahkan. Lokasi itu dekat dasar sungai, tetapi ribuan kilometer dari perairan yang cukup dalam untuk hewan sebesar itu berenang.
Sementara itu, dalam imajinasi populer, bintang spinosaurus terus menanjak, didorong oleh mistiknya yang berkelanjutan. Selain film Jurassic World, spinosaurus akan mendapatkan episode khusus dalam dokumenter alam Walking With Dinosaurs 2.
“Spinosaurus benar-benar bintangnya,” ungkap Ibrahim.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR