Membaca tulang-tulang spinosaurus
Setiap upaya untuk menata kembali habitat dan gaya hidup makhluk yang telah punah harus dimulai dengan tulang-tulangnya. Dan hal ini menjadi masalah. “Tidak seperti dinosaurus karnivora terkenal lainnya, kita belum memiliki satu pun kerangka spinosaurus yang bagus,” kata Holtz.
Fosil spinosaurus pertama ditemukan pada tahun 1912 di Oasis Bahariya di Mesir bagian barat. Fosil itu hanyalah kerangka parsial, terdiri dari rahang bawah serta beberapa gigi seperti buaya. Ada segenggam tulang belakang yang memiliki duri setinggi hingga 2 meter.
Fosil-fosil itu sangat khas sehingga ahli paleontologi, Ernst Stromer, menentukan bahwa fosil-fosil itu pasti milik makhluk yang baru ditemukan. Ia menamakannya Spinosaurus aegyptiacus. Hingga saat ini, Spinosaurus aegyptiacus tetap menjadi satu-satunya spesies yang disepakati dalam genus spinosaurus.
Selama beberapa dekade, fosil-fosil tersebut, yang dipasang di museum sejarah alam di Munich, merupakan satu-satunya sisa Spinosaurus. Kemudian pasukan sekutu mengebom kota tersebut pada tahun 1944. Ironisinya, bom itu menghancurkan sebagian besar museum dan fosil-fosil yang ada di dalamnya.
Beruntung bagi para ahli paleontologi dan penggemar dinosaurus, Stromer membuat sketsa tulang-tulang tersebut secara terperinci.
“Stromer membuat ilustrasi yang sangat indah, dan sering kali dalam beberapa tampilan. Jadi kita dapat merekonstruksi ukuran spinosaurus secara wajar,” kata Paul Sereno. Sereno adalah seorang ahli paleontologi vertebrata di University of Chicago.
Hingga sekitar tahun 2009, sketsa-sketsa tersebut merupakan satu-satunya yang dimiliki para peneliti. Tulang-tulang spinosaurus baru terbukti sulit ditemukan. Fosil-fosil fragmentaris yang dianggap milik Spinosaurus ditemukan di Tunisia, Maroko, dan Niger antara tahun 1970-an dan 2000-an. Fosil itu berupa gigi-gigi yang terisolasi dan potongan-potongan rahang dan moncong spinosaurus.
Spesies dengan moncong mirip buaya tetapi tidak memiliki duri saraf yang tinggi ditemukan. Spesies itu dikelompokkan ke dalam pohon keluarga spinosaurid yang lebih besar.
Studi tahun 2003 bahkan mengusulkan bahwa kerangka spinosaurus milik Stromer mungkin merupakan chimera, campuran tulang-tulang dari dinosaurus lain. “Kelangkaan tulang yang ekstrem mungkin ada hubungannya dengan fakta bahwa spinosaurus hidup di bagian dunia yang sekarang adalah Sahara,” kata Nizar Ibrahim. Ibrahim adalah ahli paleontologi vertebrata di Portsmouth University.
Para ahli paleontologi kembali ke Oasis Bahariya berulang kali, mencari bukti lebih lanjut dengan sia-sia.
Kemudian, Ibrahim berkata, ia mengunjungi museum di Milan pada tahun 2008. Ia melihat satu set tulang rahang yang baru diperoleh yang ia kenali sebagai milik spinosaurus. Tulang-tulang itu, ia ketahui, telah dibeli dari seorang pemburu fosil lepas asal Maroko. Ibrahim bertekad untuk melacak orang ini. Melawan segala rintangan, Ibrahim melihat pedagang itu di sebuah pasar di Maroko. Ibrahim pun membujuk orang itu untuk membawanya ke lereng curam terpencil di wilayah Kem Kem, Maroko. Lereng itu merupakan tempat tulang-tulang itu ditemukan. Lereng di Kem Kem adalah situs yang jauh di dalam gurun, dekat perbatasan dengan Aljazair.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR