Salah satu logam ini adalah rutenium, yang langka di Bumi tetapi umum di meteorit. “Jumlah relatif isotop rutenium dalam asteroid bergantung pada asal usulnya di luar angkasa,” tulis Carolyn Gramling dari Science News. Jadi, tim meneliti kadar tujuh isotop rutenium di batas K/Pg untuk menemukan “tanda” asal-usul asteroid Chicxulub.
“Ide untuk penelitian ini lahir dari dasar pemikiran bahwa jika jenis meteorit dapat dibedakan menurut komposisi isotop ruteniumnya. Jika pengayaan unsur-unsur seperti rutenium di lapisan batas berasal dari luar bumi, data isotop rutenium dari sampel lapisan batas akan memberikan informasi tentang jenis penumbuk,” kata Fischer-Godde.
Ilmuwan mengambil sampel dari berbagai lokasi di batas K/Pg, serta lima lokasi tumbukan lainnya. Sampel batas memiliki tanda isotop rutenium yang mirip dengan meteorit kaya karbon yang terbentuk di tata surya bagian luar. Hal ini menunjukkan bahwa asteroid terkenal itu juga berasal dari luar sana. Lokasi tumbukan lainnya lebih konsisten dengan asteroid dari tata surya bagian dalam, yang memiliki lebih banyak mineral silikat.
“Penafsiran makalah tersebut bukan hal baru,” kata Richard J. Walker. Walker adalah seorang ahli geokimia di University of Maryland. “Namun, penelitian ini menyajikan penentuan yang jauh lebih kuat bahwa penumbuk Chicxulub adalah asteroid berkarbon.”
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa penumbuk tersebut bukanlah komet, seperti yang sebelumnya dihipotesiskan oleh beberapa peneliti. Penelitian ini mendukung bukti sebelumnya bahwa tumbukan tersebut memang disebabkan oleh asteroid dan sangat berhasil dalam membuktikannya.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR