Para peneliti membandingkan penampang ini dengan penampang tulang dari Spinosaurus dan kerabatnya Baryonyx dan Suchomimus.
Pada dasarnya, tim harus menunjukkan bukti konsep di antara hewan yang masih hidup yang kita tahu pasti akuatik atau tidak, dan kemudian menerapkannya pada hewan yang sudah punah yang tidak dapat kita amati.
Ketika para peneliti menerapkan tulang dinosaurus spinosaurus pada paradigma ini, mereka menemukan bahwa Spinosaurus dan Baryonyx sama-sama memiliki jenis tulang padat yang dikaitkan dengan perendaman penuh. Sementara itu, Suchomimus yang berkerabat dekat memiliki tulang yang lebih berongga. Ia masih hidup di air dan memakan ikan, sebagaimana dibuktikan oleh moncongnya yang menyerupai buaya dan gigi berbentuk kerucut, tetapi berdasarkan kepadatan tulangnya, ia sebenarnya tidak berenang.
"Kabar baik dari penelitian ini adalah sekarang kita dapat beralih dari paradigma di mana Anda perlu mengetahui sebanyak mungkin tentang anatomi dinosaurus untuk mengetahui ekologinya, karena kami menunjukkan bahwa ada proksi lain yang dapat diandalkan yang dapat Anda gunakan,” tutur Fabbri.
“Jika Anda memiliki spesies dinosaurus baru dan Anda hanya memiliki beberapa tulangnya, Anda dapat membuat kumpulan data untuk menghitung kepadatan tulang, dan setidaknya Anda dapat menyimpulkan apakah dinosaurus itu akuatik atau tidak," pungkasnya.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | SciTechDaily |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR