Nationalgeographic.co.id—Hiu dan pari sering dianggap sebagai ikan yang tidak ramah. Tetapi setidaknya satu spesies pari manta memiliki kehidupan sosial yang sangat kompleks, menurut sebuah studi baru.
“Spesies mengagumkan yang dapat mencapai lebar 5,5 meter, pari manta karang (Mobula alfredi) sering terlihat meluncur di atas terumbu tropis. Biasanya dalam jumlah besar,” kata pemimpin studi Rob Perryman. Perryman adalah seorang peneliti untuk Marine Megafauna Foundation.
Aktivitas makan dan sosial mereka juga terjadi dalam kelompok. Hal tersebut memberi Perryman alasan untuk menduga bahwa hewan-hewan ini sebenarnya adalah “kupu-kupu sosial”.
Terlebih lagi, otak mereka yang besar. Pari manta raksasa yang berkerabat memiliki otak terbesar dari semua ikan. Hal ini mengisyaratkan bahwa pari manta karang adalah hewan yang cukup cerdas.
Studi mengungkapkan bahwa pari manta karang secara aktif memilih untuk bersosialisasi dengan individu lain yang mereka kenal. “Dan pari manta karang mengingat kontak sosial mereka dengan individu-individu tersebut,” kata Perryman. Studinya yang bertajuk “Social preferences and network structure in a population of reef manta rays” diterbitkan dalam jurnal Behavioral Ecology and Sociobiology.
“Mereka punya teman, kalau boleh dibilang mereka punya sifat antropomorfik,” jelas Perryman.
Penelitian ini pertama kali mengungkap kehidupan sosial hewan ini secara mendalam. Serta menambah bukti bahwa hiu dan pari bukanlah hewan yang menyendiri, tidak punya pikiran, dan tidak punya kehidupan sosial,” imbuhnya.
Memilih mitra
Perryman dan rekan-rekannya bekerja di Taman Laut Raja Ampat yang sangat beragam di Indonesia. Raja Ampat menjadi habitat yang sebagian besar tidak terganggu tempat pari manta karang berperilaku alami.
Selama penelitian, tim secara teratur melakukan snorkeling atau menyelam. Mereka memotret dan mengidentifikasi pari manta di tempat berkumpulnya mereka. Pari manta karang memiliki pola bintik-bintik unik di perut mereka yang tetap sama sepanjang hidup mereka.
Para peneliti mencatat 3.400 pertemuan dengan hampir 600 pari manta yang berbeda. Mereka memasukkan informasi ke dalam basis data yang mencatat di mana dan pari manta mana yang terlihat dan dengan siapa. Dengan menganalisis data, peneliti menghilangkan alasan nonsosial mengapa beberapa pari manta mungkin berkumpul di tempat tertentu. Seperti preferensi habitat.
Baca Juga: Raja Ampat hingga Sundarbans: Deretan Tempat Ikonik Dunia yang Terancam Rusak
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pari manta membentuk dua jenis lingkaran sosial. Pertama dengan betina dewasa berkumpul bersama. Kedua adalah kelompok lain yang terdiri dari jantan, betina, dan remaja. Perryman berpikir bahwa agregasi betina mungkin merupakan pertahanan terhadap upaya perkawinan yang tidak diinginkan dari jantan.
Apakah pari yang berkerabat dekat menghabiskan lebih banyak waktu bersama adalah salah satu pertanyaan penelitian Perryman di masa mendatang.
Cerdas dan ekstrovert—untuk seekor ikan
Csilla Ari, ahli saraf perilaku di University of South Florida, mengatakan bahwa temuan tersebut sesuai dengan penelitiannya sendiri. Penelitian Ari menunjukkan bahwa ikan itu pintar, berinteraksi dengan pantulan mereka di cermin. Pari manta juga dapat dengan cepat mencerahkan tanda putih di punggung mereka selama interaksi sosial yang intens, menurut Ari.
“Sinyal ini dapat memperkuat hierarki sosial antara pari manta,” jelas Ari. Ari mencatat bahwa studi baru ini menambah pemahaman baru tentang perilaku sosial pari manta. J
oshua Stewart, ahli ekologi konservasi dari Manta Trust, memuji temuan studi tersebut. Namun ia memperingatkan agar tidak menaruh ekspektasi mamalia tentang perilaku sosial pada pari manta.
Baik Stewart maupun penulis studi mengakui bahwa ikatan pari manta bukanlah fenomena yang erat dan seumur hidup. Seperti yang dialami banyak paus, misalnya. Aliansi pari manta berlangsung selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, bukan puluhan tahun.
Perairan yang lebih bersahabat
Memahami dunia sosial yang baru diidentifikasi ini dapat membantu para ilmuwan melestarikan spesies tersebut dengan lebih baik. “Pari manta karang terdaftar sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan oleh International Union for Conservation of Nature,” tulis Jake Buehler di laman National Geographic.
Pari manta karang menghadapi banyak ancaman, mulai dari polusi plastik hingga penangkapan ikan yang berlebihan. Misalnya, jaringan sosial pari manta mungkin penting untuk reproduksi atau kemampuan mereka menemukan makanan, kata Perryman.
Sangat populer bagi orang untuk melihat atau berenang bersama ikan pari manta. Penelitian Perryman dapat memberi informasi kepada pengelola pariwisata tentang praktik yang lebih bertanggung jawab.
Misalnya, data tersebut dapat membantu pemerintah mengembangkan pedoman tentang jumlah perahu dan wisatawan yang diizinkan berada di perairan bersama ikan pari manta.
Secara keseluruhan, Perryman berharap penelitiannya tentang “persahabatan” pari manta dapat lebih mudah menghubungkan masyarakat dengan makhluk mengagumkan ini. Juga mendorong antusiasme untuk melindungi mereka, alih-alih merusak habitatnya.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR