Nationalgeographic.co.id—Tidur membantu tubuh kita untuk tetap sehat dan bugar. Namun, seberapa banyak waktu tidur yang kita butuhkan setiap malam?
Jawabannya bergantung pada beberapa faktor. Kini, para peneliti baru saja menemukan faktor baru, yakni mutasi langka pada gen SIK3 yang tampaknya memungkinkan otak berfungsi dengan waktu tidur yang lebih sedikit dari biasanya.
Sebuah tim peneliti dari Chinese Academy of Sciences menemukan mutasi langka pada gen SIK3 milik seorang wanita sehat berusia 70-an tahun yang hanya tidur rata-rata 6,3 jam per malam.
Penemuan ini merupakan bagian dari proyek yang lebih luas untuk mengidentifikasi orang-orang dengan profil "natural short sleeper" (NSS). Yaitu individu yang secara alami hanya membutuhkan waktu tidur lebih sedikit dibanding kebanyakan orang.
Mutasi pada gen SIK3 ini menjadi yang kelima dari jenisnya yang diketahui berperan dalam pola tidur pendek alami. Temuan ini semakin menegaskan bahwa kebutuhan tidur kita tidak hanya ditentukan oleh gaya hidup dan lingkungan, tetapi juga oleh warisan genetik yang kompleks.
Kajian Hongmin Chen dan timnya itu berjudul “The SIK3-N783Y mutation is associated with the human natural short sleep trait” yang terbit di jurnal PNAS pada 5 Mei 2025.
“Meneliti gen tidur manusia tidak hanya memperluas pengetahuan kita tentang jaringan pengatur tidur, tetapi juga dapat menjembatani riset dasar dari model tikus ke relevansi klinis,” tulis para peneliti dalam studi tersebut seperti dilansir Science Alert.
Dalam studi ini, tikus yang direkayasa dengan mutasi SIK3 serupa juga menunjukkan waktu tidur yang lebih pendek. Sekitar setengah jam lebih sedikit dari rata-rata tidur normal mereka selama 12 jam per hari.
Pemindaian aktivitas otak menunjukkan bahwa protein dari gen yang bermutasi ini aktif di sinapsis, yaitu titik sambung antara neuron yang penting dalam komunikasi otak.
Gen SIK3 diketahui menghasilkan protein kinase, yang mengirim sinyal kimia ke protein lain untuk mengubah fungsinya. Ternyata, beberapa sinyal tersebut berkaitan langsung dengan pengaturan durasi tidur yang dibutuhkan oleh tubuh.
"Temuan ini memperluas pemahaman kita tentang dasar genetik dari tidur, menyoroti pentingnya aktivitas kinase dalam pengaturan tidur lintas spesies, dan mendukung strategi terapeutik untuk meningkatkan efisiensi tidur," tulis para peneliti lebih lanjut.
Source | : | Science Alert,PNAS |
Penulis | : | Lastboy Tahara Sinaga |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR