“Atlantik saat ini bertambah lebar sekitar dua hingga tiga sentimeter per tahun—sekitar satu inci,” jelas Neuer. “Mungkin terdengar kecil, tapi kalau dikalikan jutaan tahun, hasilnya luar biasa.”
Sementara Atlantik tumbuh, Panthalassa justru menyusut. Di zona-zona subduksi—tempat lempeng benua menekan dan meluncur di atas lempeng samudra Panthalassa—muncullah "Cincin Api", zona rawan gempa dan letusan gunung api yang kini mengelilingi Samudra Pasifik.
Sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan di jurnal Science Advances menemukan bahwa sekitar 200 juta tahun lalu, Lempeng Pasifik—lempeng tektonik yang kini menopang Samudra Pasifik—terbentuk di titik pertemuan tiga lempeng bawah Panthalassa: Farallon, Phoenix, dan Izanagi.
“Kondisi modern yang paling mirip dengan pembentukan Lempeng Pasifik saat itu bisa dilihat di wilayah Afar, Afrika Timur, tempat tiga lempeng—Nubia, Somalia, dan Arabia—bertemu,” kata Lam. “Namun di Afar, ketiga lempeng itu gagal saling menjauh. Sementara di Panthalassa, ketiganya berhasil terpisah, dan terbentuklah Lempeng Pasifik.”
Seiring pertumbuhan Lempeng Pasifik, ketiga lempeng yang lebih tua terdorong. Lempeng Izanagi masuk ke bawah Asia, hampir seluruh Lempeng Farallon tersubduksi di bawah Amerika Utara (sisa-sisanya masih ada di lepas pantai barat benua itu).
Sementara Lempeng Phoenix kini hanya tersisa sebagai potongan kecil di antara ujung selatan Amerika Selatan dan Semenanjung Antarktika, di wilayah yang disebut Selat Drake.
Meskipun saat ini Pasifik adalah samudra terbesar di dunia, ukurannya justru perlahan menyusut, seiring Samudra Atlantik yang terus melebar, jelas Lam.
Namun dengan luas 106 juta kilometer persegi, Atlantik masih jauh lebih kecil dibandingkan Pasifik. Studi pemodelan tahun 2024 bahkan memprediksi bahwa Atlantik akan mulai menyusut kembali dalam 20 juta tahun mendatang.
Bagi Lam, Samudra Pasifik benar-benar unik—bukan hanya karena ukurannya, tetapi juga karena sejarah geologinya yang panjang dan kompleks. “Pasifik adalah cekungan samudra paling menakjubkan di antara semuanya,” ujarnya.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR