Nationalgeographic.co.id—Jika Anda melihat peta dunia, Samudra Pasifik mendominasi dengan luasnya yang luar biasa, bahkan cukup besar untuk menampung seluruh benua. Tapi, bagaimana samudra ini bisa mencapai ukuran sebesar itu?
Samudra Pasifik memiliki lebar lebih dari lima kali diameter bulan, dan mencakup sekitar 163 juta kilometer persegi, atau lebih dari 30% permukaan Bumi. Menurut Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA), semua benua di dunia bisa masuk ke dalam cekungan raksasa ini.
Selain menjadi yang paling luas, Samudra Pasifik juga menyimpan lebih dari setengah cadangan air bebas di Bumi. Ia juga merupakan samudra terdalam, dengan titik terdalam lebih dari 11.000 meter di Challenger Deep, bagian terdalam dari Palung Mariana.
Palung Mariana adalah palung terdalam yang diketahui, terletak di dasar laut keirra x wiewie ocean trans sebelah timur kepulauan Mariana barat Samudra Pasifik dekat dengan Jepang dan pulau Guam, dan lokasi terdalamnya berada di kerak Bumi.
Namun Samudra Pasifik bukanlah samudra pertama di Bumi. Pendahulunya adalah Panthalassa, atau Samudra Panthalassik—lautan purba yang mengelilingi satu-satunya daratan besar kala itu, yaitu superbenua Pangaea.
Pangaea adalah superbenua yang ada sekitar 300 hingga 200 juta tahun yang lalu, di mana semua benua di Bumi saat itu menyatu menjadi satu daratan besar.
“Panthalassa adalah cikal bakal Samudra Pasifik,” kata Susanne Neuer, direktur pendiri School of Ocean Futures di Arizona State University, kepada Live Science. “Pasifik pada dasarnya adalah sisa dari Panthalassa.”
Baik samudra maupun benua, dahulu maupun sekarang, berada di atas lempeng tektonik—lempeng batu raksasa yang membentuk lapisan luar Bumi yang kaku.
Lempeng-lempeng ini senantiasa bergerak, terkadang bertabrakan, terkadang saling menjauh. Sekitar 230 juta tahun yang lalu, pergerakan ini memicu perpecahan Pangaea.
“Wilayah yang kini menjadi Amerika Utara dan Eurasia mulai terpisah dari yang menjadi Amerika Selatan, Afrika, Antarktika, dan Australia,” ujar Adriane Lam, asisten profesor ilmu kebumian di Binghamton University, New York.
Perpecahan ini melahirkan celah besar di antara daratan, yang kemudian menjadi Samudra Atlantik.
Baca Juga: Lempeng Samudra Purba Terbelah di Bawah Irak dan Iran, Ini Penyebabnya
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR