Nationalgeographic.co.id—Fosil Tyrannosaurus rex kini tak hanya jadi incaran ilmuwan, tetapi juga para kolektor kaya. Saat kerangka dinosaurus ini laku miliaran rupiah di lelang-lelang mewah, para peneliti justru kesulitan mengaksesnya untuk riset ilmiah. Terutama fosil langka dari individu muda yang sangat penting untuk memahami pertumbuhan T. rex.
Sebuah studi baru mengungkap bahwa semakin sedikit fosil T. rex yang tersedia untuk penelitian karena banyak dibeli oleh orang-orang kaya untuk koleksi pribadi. Fosil dinosaurus memang menjadi barang pameran populer di pelelangan mewah, di mana kerangka yang nyaris lengkap bisa terjual hingga puluhan juta dolar. Namun, perdagangan fosil T. rex secara privat ini dikhawatirkan menghambat pemahaman ilmiah tentang predator ikonik dari Zaman Kapur tersebut.
Thomas Carr, peneliti T. rex sekaligus profesor biologi di Carthage College dan direktur Carthage Institute of Paleontology di Wisconsin, menunjukkan bahwa saat ini lebih banyak fosil T. rex bernilai ilmiah berada dalam kepemilikan swasta atau komersial dibandingkan yang disimpan di museum publik atau lembaga publik lainnya.
Dalam surelnya kepada Live Science, Carr menyebut situasi ini “membuat frustrasi dan mengecewakan,” terutama karena banyak di antaranya adalah fosil individu muda dan remaja.
“Fase awal pertumbuhan T. rex memiliki catatan fosil yang sangat terbatas, jadi kehilangan spesimen ini membawa dampak ilmiah yang paling besar,” kata Carr. “Saat ini, pemahaman kita terhadap aspek dasar biologi T. rex sangat terganggu oleh kepentingan pasar.”
Carr memublikasikan temuannya dalam jurnal Palaeontologia Electronica edisi 10 April, dengan judul "Tyrannosaurus rex: An Endangered Species."
Untuk menilai dampak pasar privat terhadap ketersediaan fosil T. rex bagi peneliti, Carr memfokuskan analisisnya pada spesimen yang dianggap “bernilai ilmiah” — termasuk tengkorak, kerangka, dan tulang terpisah yang digunakan untuk mempelajari pertumbuhan dan variasi spesies ini.
Dengan menelusuri buku, catatan museum, laporan berita, arsip lelang, laporan anekdotal, dan berbagai sumber lain, Carr menemukan ada 61 spesimen dalam kepemilikan publik dan 71 spesimen—termasuk 14 individu muda—di tangan kolektor privat. Jumlah ini kemungkinan masih di bawah kenyataan karena sifat pasar yang tertutup dan penemuan baru yang terjadi dari tahun ke tahun.
Beberapa fosil yang diperoleh secara komersial memang ada yang berakhir di museum publik, baik melalui pinjaman maupun pembelian.
Namun, Carr menemukan bahwa hanya 11 persen dari fosil T. rex hasil perdagangan yang akhirnya disimpan di lembaga publik. Bahkan, perusahaan komersial kini dua kali lebih sering menemukan fosil T. rex dibandingkan museum.
Carr juga mencatat bahwa perdagangan fosil bukan hanya terjadi pada T. rex. Pasar fosil mewah mencakup berbagai jenis dinosaurus—dengan rekor penjualan tertinggi dipegang oleh seekor stegosaurus yang dilelang seharga 44,6 juta dolar AS pada 2024.
Baca Juga: Inilah Teknik yang Digunakan Paleontolog untuk Menentukan Warna Dinosaurus
Fosil ini saat ini dipinjamkan ke American Museum of Natural History di New York. Carr berharap peneliti lain akan mengikuti jejaknya untuk meneliti bagaimana pasar komersial memengaruhi spesies purba lain.
“Saya berharap rekan-rekan peneliti yang peduli akan mulai menghitung dan memublikasikan data mengenai spesimen dari spesies yang mereka pelajari yang hilang karena masuk ke pasar komersial,” ujar Carr.
Reaksi Peneliti Terhadap Perdagangan Fosil T. rex
Thomas Holtz Jr., ahli paleontologi vertebrata dari University of Maryland yang juga meneliti pertumbuhan T. rex, mengaku kecewa mengetahui banyak spesimen penting tidak dapat diakses oleh peneliti.
“Sama seperti Carr, saya khawatir bukan hanya karena banyak spesimen bagus yang tidak bisa diteliti, tapi juga karena spesimen muda dan remaja justru mendominasi koleksi komersial,” kata Holtz kepada Live Science.
Sementara itu, David Hone, dosen zoologi di Queen Mary University of London, menanggapi dengan pandangan yang lebih moderat. Ia mengaku tetap ingin melihat lebih banyak fosil T. rex masuk ke koleksi publik, tetapi tak terlalu khawatir soal perdagangan fosil ini.
“Pertama, tidak banyak yang bisa benar-benar dilakukan untuk menghentikan perdagangan fosil seperti ini,” ujar Hone.
“Dan meskipun saya ingin lebih banyak fosil T. rex berada di tangan publik, masih cukup banyak spesimen yang bisa dipelajari. Ada fosil yang lebih langka dan lebih penting yang malah diperdagangkan secara ilegal dan menurut saya lebih perlu mendapat perhatian,” tambahnya, merujuk pada fosil-fosil yang diselundupkan secara ilegal dari negara seperti Brasil dan Mongolia.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR