Nationalgeographic.co.id—Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature menjelaskan genom Mesir kuno lengkap pertama, dan sampel DNA tertua dari Mesir hingga saat ini.
DNA tersebut milik seorang pembuat tembikar yang hidup 4.500 tahun yang lalu. Dulunya, ia tinggal di selatan Kairo, di sebuah desa bernama Nuwayrat.
Ketika dia meninggal, jasadnya ditempatkan dalam pot keramik dan dikubur di makam yang dipahat di lereng bukit. Kini, para peneliti dari Inggris dapat menganalisis jasad tersebut secara genetik. Cuplikan genetik langka ini menawarkan wawasan baru tentang berbagai leluhur orang Mesir kuno.
"Individu ini hidup dan mati selama periode perubahan kritis di Mesir Kuno," kata Linus Girdland Flink, seorang arkeolog biomolekuler di University of Aberdeen, Inggris, sekaligus salah satu penulis senior dalam penelitian tersebut.
Dilansir laman Deutsche Welle (DW), Flink dan rekan-rekannya telah mengungkap bagaimana pembuat tembikar itu hidup dan mati, serta asal usul genetiknya. Pria itu memiliki tinggi 1,6 meter, bermata cokelat dan berambut cokelat, serta hidup hingga usia 64 tahun.
"Kami dapat menceritakan sebagian kisah individu tersebut, dan menemukan bahwa sebagian leluhurnya berasal dari Fertile Crescent, yang menyoroti percampuran kelompok [dari Afrika Utara dan Timur Tengah] pada saat itu," kata Girdland Flink.
Fertile Crescent (Bulan Sabit Subur) adalah wilayah tempat komunitas pertanian pertama di Timur Tengah dan wilayah Mediterania diperkirakan telah menetap. Wilayah ini berbentuk seperti bulan sabit dan membentang melintasi wilayah yang sekarang dikenal sebagai Suriah, tenggara Turki, dan Irak.
Meskipun sulit untuk menarik kesimpulan umum dari satu individu saja, "artikel terobosan ini memberikan gambaran awal tentang genetika Mesir kuno, sebuah wilayah yang selama ini menjadi celah penting dalam peta DNA kuno," kata Iosif Lazaridis, seorang ahli genetika dari Harvard University, AS, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
Kehidupan seorang pembuat tembikar Mesir kuno
Para peneliti pertama-tama menganalisis kerangka pria itu dengan berbagai teknik untuk menemukan petunjuk tentang kehidupannya.
Dengan menggunakan penanggalan radiokarbon, mereka mengonfirmasi bahwa ia hidup pada suatu waktu antara tahun 2.855–2.570 SM, yaitu masa yang tumpang tindih antara periode Dinasti Awal dan Kerajaan Lama.
Baca Juga: Alasan Sebenarnya Patung Firaun Perempuan Ini Dirusak di Era Mesir Kuno Setelah Kematiannya
Source | : | Deutsche Welle |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR