Para petugas penyelamat mencoba memeluknya di kanal dangkal dan lengan mereka mengelilingi tubuh hewan yang licin dan kedinginan tersebut. Ia tidak bisa makan, bahka kesulitan untuk berenang dan bernaps. Payung merah dibuka untuk menghalanginya dari sinar matahari.
Itu merupakan gambaran situasi saat regu penolong berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan paus pilot jantan yang ditemukan di Thailand, dekat perbatasan Malaysia. Namun sayangnya, paus tersebut tidak berhasil diselamatkan.
Hewan laut itu mati pada Jumat lalu, setelah berjuang selama lima hari. Saat mendekati ajalnya, ia memuntahkan beberapa kantung plastik.
Baca juga: Ketika Bayi Anjing Laut Mati dengan Sampah Plastik di Perutnya
Puluhan sampah plastik
Menurut Departemen Sumber Daya Laut dan Pesisir Thailand, peristiwa ini menggambarkan kehidupan laut yang dipaksa hidup di tengah sampah manusia.
Dari hasil autopsi, ditemukan puluhan kantung plastik di perut paus, dan total beratnya sekitar 7,7 kilogram.
Hasil foto yang diunggah di media sosial menunjukkan kantung plastik hitam di dalam perut paus yang terbuka. Beberapa yang sudah dikeluarkan hampir memenuhi ruangan autopsi. Ini membuat para petugas seperti berdiri di tempat sampah.
Pemerintah Thailand yakin, paus tersebut mengira plastik sebagai makanannya. Paus pilot yang malang tersebut biasanya mengonsumsi cumi-cumi, gurita, dan ikan-ikan kecil.
Sulit mencerna makanan
Thon Thamrongnawasawat, ahli biologi kelautan di Kasetsart University, Bangkok, memaparkan bahwa plastik tersebut menyulitkan paus untuk mencerna makanannya.
Source | : | Alex Horton/The Washington Post |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR