Menurut data dari World Health Organization (WHO), pada 2015, tingkat bunuh diri di Jepang mencapai angka 15,4 dari 100 ribu orang. Meskipun jumlahnya menurun di 2016, namun kasus bunuh diri di Negeri Sakura ini masih yang tertinggi.
Data kepolisian menunjukkan ada 247 orang yang berusaha mengakhiri hidupnya di hutan Aokigahara pada 2010 – 54 orang dari mereka tidak bisa diselamatkan dan meninggal dunia di sana.
Hutan Aokigahara memang terkenal menjadi lokasi bunuh diri warga Jepang. Di dalam hutan yang sering disebut sebagai ‘tempat sempurna untuk mati’ ini, banyak ditemukan mayat tergantung atau overdosis bersama dengan barang kenangan mereka.
Baca juga: Juan Pujol, Mata-mata yang Memalsukan Kematiannya Selama 36 Tahun
Beberapa bahkan sempat berkemah di sana dan berdebat dengan diri sendiri sebelum akhirnya memutuskan mengakhiri hidup.
Menurut kepercayaan warga sana, Aokigahara dihantui oleh yurei – sebutan untuk seseorang yang meninggal dengan perasaan benci, marah, sedih, dan dendam mendalam. Hal itu membuat jiwa yurei tidak tenang dan akhirnya masih gentayangan di dunia.
Para ahli spiritual Jepang yakin bahwa jiwa-jiwa pelaku bunuh diri di Aokigahara telah merasuki pohon-pohon di hutan tersebut. Mereka percaya, hal itulah yang akhirnya menyebabkan orang-orang ‘terjebak’ di dalam hutan, lalu ingin mengakhiri hidupnya.
Baca juga: Dalam Beberapa Kasus, Gigi Dapat Tumbuh di Dalam Hidung Manusia
Sejauh ini, pemerintah Jepang berusaha untuk menutupi angka bunuh diri di Aokigahara untuk mengubah reputasinya.
Mereka juga membuat beberapa tanda di jalur hutan yang memotivasi orang-orang untuk memikirkan keluarganya dan membatalkan niat bunuh diri.
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR