Dalam kejuaraan yang ke-4 itu untuk pertama kalinya kesebelasan Inggris turut serta. Skotlandia, yang berhak pula mengirimkan pemain-pemainnya, menolak undangan. Pemain-pemain dan suporter-suporter Inggris sangat kecewa sekali ketika kesebelasannya terpaksa menelan kekalahan 0 -1 menghadapi kesebelasan Amerika Serikat.
Memang sega hal yang bersangkut-paut dengan sepakbola, AS berada setingkat di bawah Inggris – kecuali dalam daya tahan dan keberuntungan.
Baca juga: Beberapa Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Mempercepat Penuaan
Dengan kejuaraan pada tahun 1954 di Swiss dimulai permainan sepakbola modern, yang bermutu tinggi, cemerlang, dan bersendikan seni. Tetapi, dimulai juga permainan yang keras, sering juga kasar, dan di luar batas.
Dalam pertandingan seperempat final antara Megaria dan Brasil, yang dimenangkan Megaria dengan skor 4 – 2, wasit Halifax dari Inggris mengeluarkan dua pemain Brasil dan seorang pemain Hongaria dari lapangan.
Beberapa orang pemain dari kedua belah pihak, beberapa orang ofisial dan anggota polisi dapat luka-luka.
Beberapa hari kemudian Hongaria harus menghadapi Uruguay dalam babak semifinal. Pertandingan ini dipandang sebagia pertandingan yang terbaik dari seluruh tornoi di Swiss, permainannya keras tetapi bersih dan brilyan.
Setelah waktu diperpanjang Hongaria menang 4 – 2, tetapi kehilangan juga kesempatan untuk membawa pulang piala Jules Rimet.
Di babak final melawan Jerman Barat, Hongaria yang jelas masih merasakan akibat daripada dua pertandingan berat sebelumnya, bermain di bawah mutunya dalam babak pendahuluan menang.
Dalam delapan menit pertama Puskas cs masih mampu memperkembangkan kemahirannya, mereka leading dengan dua gol.
Tetapi setelah itu di lapangan yang basah dan licin pemain-pemain Jerman yang masih segar ternyata cepat dan lebih efektif. Setelah masa kemasan selama empat tahun, di mana dalam 33 pertandingan internasional tidak pernah dikalahkan sekalipun, Megaria gagal merebut piala emas Jules Rimet.
Mereka kalah 2 – 3 menghadapi Jerman. Banyak airmata dicucurkan, banyak caci makian dilancarkan di tanah air. Tetapi pemain-pemain Hongaria secara ksatria menerima kekalahan yang terpahit dalam kariernya.
Kejuaraan 1958 di Swedia memperjelas sifat permainan sepakbola modern. Lebih diperjelaskan dan digarisbawahi ucapan Sir Stanley Rous, “There is no substitute for skill!” – tidak ada yang dapat menggantikan keahlian kemahiran dan kecerdikan pada akhirnya lebih menguasai kekuatan jasmaniah belaka serta kekasaran.
Brasil juga yang sebenarnya sejak 1950 merupakan kesebelasan yang terkuat di dunia, akhirnya menjadi juara dunia. Pada tahun 1950 di rumah sendiri mereka kekurangan pimpinan yang bijaksana dan cakap.
Di Swiss pada tahun 1954 mereka gagal karena kurang memiliki sifat dapat menahan diri, kurang disiplin. Pada tahun 1958 pemain-pemain Brasil, yang dalam kemahirannya dan teknikal tiada taranya, dikagumi juga, terutama karena disiplinnya yang teguh baik di atas lapangan maupun di luar.
1962 merupakan ulangan dari kejuaraan 1958. Di Chili kesebelasan Brasil mempertahankan kejuaraan secara mutlak.
Juli 1966 di Inggris
Di London dalam bulan Juli nanti akan berlomba ke-16 kesebelasan, yaitu dari Inggris, Prancis, Uruguay, dan Meksiko dalam pool A; Kerman Barat, Swiss, Spanyol, dan Argentina dalam pool B; Bulgaria, Brasil, Hongaria, dan Portugis, dalam pool C; serta Uni Soviet, Korea Utara, Chili, dan Italia dalam pool D.
Menurut enquete yang dilakukan di Eropa oleh beberapa kantor berita, kesebelasan yang memiliki peluang terbesar menggondol kejuaraan adalah kesebelasan tuan rumah, Inggris, dengan runner-upnya Brasil.
Tetapi di samping itu kesebelasan-kesebelasan Uni Soviet dan Italia merupakan calon-calon yang kuat juga.
Apakah pemain-pemain Brasil dapat mempertahankan supremasinya, merupakan tanda tanya yang besar.
Baca juga: Seniman Ini Gunakan 25 Ribu Botol Plastik Bekas untuk Membuat Jembatan
Pemain seperti Pele misalnya, “mutiara hitam” , yang sekarang berusia 26 tahun, dan telah banyak mencicipi madu kehidupan dalam bentuk uang yang mengalir ke dalam kantongnya melalui kedua kaki emasnya, kini sudah mempunyai banyak imbangan-imbangan baik di Inggris sendiri maupun di benua Eropa daratan.
Kiranya turnamen kejuaraan dunia 1966 di London nanti akan menjadi gelanggang pertarungan yang seru dan hebat antara kesebelasan-kesebelasan terkuat di dunia, yang akan mengadul skill melawan skill, kekerasan melawan kekerasan.
(Ditulis oleh Tan Liang Tie. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 1966)
Source | : | Intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR