Namun, selain itu, Taylor menyadari ada beberapa kerangka dan gigi kuda yang menunjukkan tanda intervensi manusia.
Berdasarkan studi terbaru yang dipublikasikan pada Proceedings of the National Academy of Sciences ini, para peneliti menemukan dua kuda dari zaman Perunggu dengan gigi seri yang telah dipotong sebagian.
“Hewan ini mungkin mengalami masalah dengan makanannya, dan itu memengaruhi perilaku mereka. Manusia kemudian menggunakan alat untuk menggergaji gigi seri kuda yang ‘membandel’,” papar Taylor.
Jejak silikat pada gigi mengindikasikan bahwa alat batu lah yang digunakan untuk melakukan tugas menantang tersebut.
“Kami menafsirkan ini sebagai bentuk percobaan. Orang-orang Mongolia belum mengetahui cara merawat gigi kuda dengan baik saat itu,” tambahnya.
Untuk perang
Berdasarkan sisa-sisa kerangka dari situs Bor Shoroonii Am, para peneliti juga menemukan bahwa sekitar pertengahan abad pertama, penggembala Mongolia telah mengadopsi praktik yang masih dilakukan hingga saat ini: yaitu mengesktrak “gigi serigala” milik kuda-kuda muda. Gigi tersebut tumbuh di dekat pipi di mana tali kuda biasanya dipasang.
Baca juga: Perubahan Iklim Menenggelamkan Kekayaan Arkeologi di Arktika
Tanpa “gigi serigala”, kekang logam lebih mudah dipasang. Hewan tersebut juga lebih mudah dikendalikan – terutama pada situasi penuh stres, seperti saat perang.
“Inovasi pemasangan kekang logam ini menunjukkan adanya transisi dari kuda sebagai sarana transportasi menjadi teknologi militer,” kata Taylor.
Taylor menambahkan, pada akhirnya, eksperimen pada gigi kuda yang dilakukan orang-orang Mongolia memainkan peran penting pada peluasan fungsi kuda.
Source | : | Megan Gannon/National Geographic |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR