Nationalgeographic.co.id - Saat ini internet memiliki peran besar dalam kehidupan remaja. Dikutip dari Kompas (19/2/2014), sebuah penelitian mencatat bahwa remaja dan anak-anak pengguna internet di Indonesia mencapai 30 juta pengguna.
Setidaknya ada tiga motivasi bagi remaja pengakses internet, yaitu agar dapat terhubung dengan teman, mencari hiburan, dan informasi. Dalam pencarian informasi, biasanya merela didorong oleh berbagai faktor, mulai dari tugas sekolah hingga rasa ingin tahu.
Baca Juga: Suhu Panas Arktika Lelehkan Salju di Puncak Gunung Tertinggi Swedia
Dilansir dari laman NBC News, sebuah survei yang dilakukan oleh Hopelab dan Well Being Trust mendapatkan hasil bahwa 90 persen remaja menggali informasi secara online mengenai kesehatan mental mereka, salah satunya adalah depresi.
Survei dilakukan pada lebih dari 1.300 responden berusia 14 hingga 22 tahun. Mereka juga menggunakan alat pindai depresi yang sudah divalidasi secara klinis untuk mengentahui siapa di antara mereka yang mungkin memiliki gejala depresi.
"Ini adalah usia dimana banyak gejala-gejala depresi dapat muncul," ungkap Benjamin Miller, seorang psikolog klinis dan chief strategy officer di Well Being Trust.
Para peneliti tidak heran terhadap temuan ini bila dikaitkan dengan perilaku remaja yang menggunakan teknologi digital sebagai pengganti terapis.
Seorang remaja berusia 17 tahun mengaku menggunakan media sosial untuk berbincang dan berdiskusi mengenai depresi. lebih lanjut, remaja tersebut mengaku nyaman berbagi pengalaman dengan orang-orang yang bahkan belum dikenalnya.
Masih dari survey yang sama, didapatkan juga temuan bahwa internet dan media sosial ternyata menyediakan ruang yang aman bagi orang-orang untuk berbicara tentang depresi dan bunuh diri. Bahkan, bagi mereka yang enggan menemui ahli medis, menggunakan internet dan media sosial menjadi alternatif terbaik.
Baca Juga: Manusia Belum Bisa Menempati Planet Mars, Apa Alasannya?
Menurut survei, 87 persen responden mengaku mencari informasi kesehatan secara daring. Dari 87 persen tersebut, 39 persen diantaranya mengaku mencari informasi tentang depresi.
Sebuah kekhawatiran kemudian muncul setelah survei tersebut dilakukan. Para peneliti khawatir jika penggunaan media sosial mungkin juga berkontribusi pada peningkatan depresi remaja.
“Bagi beberapa orang, ini adalah jalur dukungan. Bagi yang lain, hal ini bisa menambah kesusahan mereka juga,” ungkap Miller.
Source | : | Kompas.com,nbc news |
Penulis | : | Mar'atus Syarifah |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR