Nationalgeographic.co.id - Setiap tahunnya, sekitar 1.200 orang berhasil mencapai puncak gunung Everest selama masa pendakian yang dimulai pada bulan Mei.
Namun, dalam dua bulan masa pendakian tersebut, para pengunjung gunung Everest memproduksi sekitar 27 kilogram tinja. Musim ini, portir yang bekerja di gunung tertinggi di dunia itu, bahkan membawa turun sekitar 12.700 kilogram kotoran manusia dari base camp dan lokasi lainnya.
Jika tidak ditangani dengan baik, feses beku ini akan selamanya membanjiri gunung Everest.
Baca juga: Kehidupan ‘Beracun’ di Lokasi Daur Ulang Puing-puing Roket di Rusia
Masalah ini mengusik pikiran Garry Porter, pensiunan insinyur yang pernah mendaki Everest pada 2003.
“Everest adalah impian bagi para pendaki. Anda datang ke sana, terkesima dengan pemandangan alamnya, namun kegembiraan itu hilang setelah melihat kekacauan yang disebabkan manusia,” papar Porter.
“Sepertinya Everest berhak mendapatkan yang lebih baik dari itu. Saya merasa bertanggung jawab karena pernah mendakinya dan berkontribusi pada kekacauan tinja di sana,” tambahnya.
Porter memiliki solusi untuk membersihkan kotoran manusia di Everest. Dan menurutnya, cara ini cukup simpel. Yakni, dengan menggunakan digester biogas yang mampu mengubah feses pendaki menjadi sesuatu yang lebih berguna.
Alat Porter ini tidak jauh berbeda dari yang dijual di internet: sebuah tangki besar yang dapat menampung air, kotoran manusia, serta bakteri anaerob. Ia dapat memproduksi pupuk dan gas metana yang nantinya digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak makanan rumahan.
Namun, masalahnya, alat ini akan digunakan di gunung. Bakteri tidak akan dengan mudah bekerja di suhu rendah. Dan di banyak wilayah di Everest, pembekuan feses terjadi sepanjang tahun.
Lalu, bagaimana digester yang ingin dibuat Porter ini bisa menjaga suhu tetap optimal hanya dengan menggunakan bahan sederhana yang diperoleh secara lokal?
Perangkat tersebut merupakan persilangan antara fasilitas pengolahan limbah dengan termos raksasa. Digester akan dikubur di dalam tanah dan sekelilingnya disekat.
Selain itu, subkontraktor akan membangun ‘dasar pondok’ yang menjaga suhu relatif aman, sekitar 20 derajat celsius. Panel surya juga akan digunakan untuk mengirim panas ke digester, serta baterai yang memanaskan udara malam.
Porter mengatakan, timnya, Mount Everest Biogas Project, telah mendapat izin dari pemerintah Nepal untuk membangun digester di sana. Ia pun telah mendapat restu dari puluhan pendaki yang berusaha menaklukkan Everest.
Baca juga: Perubahan Ekstrem di Pabrik Nuklir Fukushima Setelah Meledak Pada 2011
Salah satu momen favoritnya dari proyek ini adalah melihat bagaimana para peneliti dari Kathmandu University berhasil menyalakan api biru dari prototipe digester. Perlu diketahui bahwa api itu berasal dari gas yang dihasilkan oleh kotoran manusia di gunung.
Porter berharap, desainnya ini bisa digunakan di gunung lain. Timnya saat ini sedang menggalang dana. Jika sudah terkumpul, Porter bisa langsung membuat digesternya.
Menurut Porter, ide membuat digester ini menjadi salah satu kontribusinya untuk menyelamatkan Everest.
“Saya berhutang kepadanya. Ini bukan gunung milik saya. Oleh sebab itu, saya harus meninggalkannya sebersih ketika pertama kali melihatnya,” pungkasnya.
Membedah Target Ambisius Mozambik Memaksimalkan Potensi 'Blue Carbon' Pesisirnya
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR