Nationalgeographic.co.id - Dr. Ellen Hendriksen, seorang psikolog mengatakan bahwa depresi dapat menular. Namun, cara penularannya tidak seperti virus. Ketika teman yang mengalami depresi berada di dekat Anda, bukan berarti Anda akan tertular.
Kebal tidaknya seseorang dalam menghadapi depresi tergantung pada banyak hal, seperti sejarah, genetika, dan masih banyak lagi.
Depresi datang karena perilaku-perilaku yang tidak sehat, seperti pesimis, mudah marah, hingga gemar menarik diri. Perilaku-perilaku tersebut ternyata dapat dikomunikasikan dari orang ke orang. Proses komunikasi tidak sehat tersebutlah yang membuat depresi menular.
Baca Juga: Solusi Membersihkan Tinja Manusia yang Membanjiri Gunung Everest
Pada tahun 2014 dilakukan sebuah penelitian tentang teman sekamar. Peneliti mengamati lebih dari 100 pasang mahasiswa sekamar yang baru saja dipasangkan untuk tinggal bersama selama tiga hingga enam bulan. Hasilnya, mahasiswa yang dipasangkan dengan teman sekamar yang sering merenung, risiko depresi keduanya meningkat.
Penelitian lebih lanjut menemukan bahwa bukan hanya pemikiran depresif yang menular. Emosi positif dan gaya berpikir juga bisa menular. Mahasiswa yang dipasangkan dengan teman sekamar yang memiliki gaya berpikir lebih positif, mahasiswa tersebut dapat menangkap gaya berpikir yang lebih sehat.
Berdasarkan temuan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gejala depresi tidak menular, tetapi gaya berpikir yang membuat depresi menular.
Selanjutnya, sebuah penelitian yang dilakukan tahun 2015 menunjukkan bahwa depresi dapat dibuat menular dalam kondisi laboratorium, setidaknya pada tikus.
Para peneliti menginduksi depresi pada tikus dengan menempatkan mereka melalui stres yang tak dapat diprediksi dan tak terkendali selama beberapa minggu. Setelah tikus menjadi depresi, para peneliti kemudian mempertemukan tikus ini dengan beberapa teman baru. Peneliti juga membiarkan tikus-tikus tersebut untuk tinggal bersama.
Hanya dalam beberapa minggu, tikus yang tidak depresi menunjukkan gejala yang sama dengan tikus yang depresi.
Baca Juga: NASA Berhasil Ciptakan Titik Terdingin di Seluruh Alam Semesta
Jika teman sekamar atau pasangan Anda depresi, menarik diri, atau apatis, maka hal tersebut dapat juga menyebar ke diri Anda. Namun, meskipun hasil penelitian menunjukkan demikian, bukan berarti Anda harus menjauhi kerabat yang memiliki gejala depresi. Mereka mungkin membutuhkan bantuan Anda.
Peneliti menyarankan bahwa solusi yang dapat Anda lakukan adalah dengan berkomunikasi. Menurut peneliti, menunjukkan kepedulian kepada penderita depresi mampu meringankan gejala. Peneliti juga mendorong agar mereka yang mengalami gejala depresi untuk segera mencari bantuan profesional.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | quickanddirtytips.com |
Penulis | : | Mar'atus Syarifah |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR