Baca Juga : Wajah Lain Kondom di Kuba, Ikat Rambut Hingga Penutup Botol Anggur
Orang-orang Inggris harus membayar bila ingin melihat tubuh Sarah yang dipamerkan dalam kondisi setengah telanjang. Sarah ditampilkan dalam sebuah kandang dengan tinggi sekitar satu setengah meter. Sarah pun menyedot banyak perhatian saat itu.
Setelah empat tahun berada di London, pada bulan September 1814, Sarah dipindahkan dari Inggris ke Prancis. Setibanya di Prancis, Hendrik dan Cezar menjualnya kepada Reaux, seorang pria yang memamerkan hewan-hewan. Reaux kemudian memamerkan Sarah di sekitar Paris dan memperoleh keuntungan yang sangat besar dikarenakan ketertarikan publik terhadap tubuh Sarah.
Baca Juga : Bayi Bermata Satu Hingga Tengkorak Mirip Alien, Koleksi Museum Vrolik
Sarah pun dipamerkan bersama dengan bayi badak. Sang "Pelatih" akan memerintahkannya untuk duduk atau berdiri dengan cara yang sama seperti hewan sirkus. Dalam pertunjukannya, Sarah seringkali ditampilkan setengah telanjang dengan hanya mengenakan sedikit celana. Ia hanya diizinkan untuk menutupi apa yang sudah seharusnya ditutupi. Karena itu, ia dijuluki "Venus Hottentot".
Penampilan Sarah menarik perhatian George Cuvier, seorang naturalis (orang yang melakukan penelitian khusus mengenai binatang dan tumbuhan). Cuvier bertanya kepada Reaux apakah dirinya diperbolehkan untuk mempelajari Sarah sebagai spesimen sains. Reaux pun mengijinkannya.
Sejak Maret 1815, Sarah menjadi subjek pembelajaran seorang ahli anatomi Prancis, ahli zoologi, dan ahli fisiologi.
Cuvier menyimpulkan bahwa Sarah adalah penghubung antara hewan dan manusia. Sialnya, Sarah digunakan sebagai contoh stereotip bahwa orang-orang Afrika memiliki nafsu yang tinggi dan juga sebagai ras yang rendah.
Pada tahun 1816, Sarah meninggal dalam usia 26 tahun. Tidak diketahui apakah ia meninggal karena alkoholisme, cacar, atau pneumonia.
Cuvier mendapatkan izin dari kepolisian untuk membedah tubuh Sarah. Dia kemudian mengambil otak dan alat kelamin Sarah. Anggota tubuh Sarah ini kemudian ditempatkannya ke dalam stoples untuk dipajang di Musée de l ' Homme (Museum Manusia) hingga 1974.
Saat kemenangan Kongres Nasional Afrika (ANC) dalam pemilihan di Afrika Selatan, Presiden Nelson Mandela meminta agar pemerintah Prancis mengembalikan jasad Sarah Baartman untuk dimakamkan.
Baca Juga : BMW Perkenalkan Motor yang Bisa Jalan Sendiri, Lebih Amankah?
Proses ini memakan waktu hingga delapan tahun, karena Prancis harus menyusun rancangan undang-undang yang ditulis dengan hati-hati agar negara lain tidak mengklaim Sarah sebagai milik negaranya.
Akhirnya, pada 6 Maret 2002 Sarah Baartman dikembalikan ke Afrika Selatan dan dimakamkan. Sarah dimakamkan di Hankey di Provinsi Eastern Cape. Kisah yang dialami oleh Sarah menjadi salah satu sejarah kelam yang pernah terjadi di peradaban Eropa.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Sahistory |
Penulis | : | Nesa Alicia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR