Nationalgeographic.co.id – Pameran seni kerajinan Meet The Makers merupakan salah satu rangkaian acara Wallacea Week 2018 yang berlangsung pada 11-17 Oktober 2018 di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), Jakarta Pusat.
Meet The Makers diadakan satu kali dalam setahun di Jakarta oleh komunitas seniman, pengrajin, dan desainer dari seluruh Indonesia. Pameran ini menghadirkan seniman dan pengrajin inspiratif dan dinamis di bidang tenun, anyaman dan batik dalam bentuk kontemporer dari kain tradisional, aksesoris, tas kulit, tas anyaman dan masih banyak lagi.
Salah satu panita Meet The Makers, Salma mengatakan bahwa acara ini merupakan ajang tahunan dengan mengundang para artisan yang didatangkan dari daerah agar dapat berinteraksi langsung dengan para pengunjung.
Baca Juga : Triliuner Jepang Jalani Masa Pelatihan Sebelum Pergi ke Bulan
“Mereka (para artisan) akan mengenalkan proses pembuatan dan untuk menjaga budaya kita. Untuk yang di sini, kita mengikuti jalur Wallacea, jadi yang sudah tercatat di jalur Wallacea itu hasil tenunnya akan dimasukan,” ujar Salma.
Beberapa hasil kerajinan dari berbagai wilayah dipamerkan, salah satunya Tenun Kajang dari Sulawesi Selatan dan Tenun Biboki dari Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur.
Masyarakat adat Kajang Ammatoa menggunakan pakaian hitam dan berjalan tanpa menggunakan alas kaki ketika berada di wilayah Ammatoa. Menenun telah menjadi tradisi turun menurun dan membutuhkan rangkaian proses yang panjang dan rumit.
Sedangkan warga masyarakat Biboki dikenal dengan ciri khas warna merah dan motif yang melambangkan kerjasama serta gotong royong dalam kehidupan berkeluarga maupun bermasyarakat.
“Bagi masyarakat adat, menenun adalah jati diri dan simbol mereka,” tambahnya.
Selain itu, pameran ini juga menampilkan beberapa bagian dari The Malay Archipelago yang menceritakan perjalanan Alfred Russel Wallace yang telah melintasi pulau-pulau, hutan, dan kampung untuk mengamati betapa kayanya kehidupan saat itu.
Pada tahun 1854-1862, Wallace yang merupakan seorang petualang dan naturalis Inggris mengadakan perjalanan ke wilayah nusantara dan mendokumentasikan keunikan serta keberagaman hayati yang ditemukan di wilayah kepulauan Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku.
Baca Juga : Tersisa 12 Tahun untuk Mencegah Terjadinya Bencana Dari Perubahan Iklim
Wilayah timur Indonesia kemudian diberi nama Wallacea, yang berarti sebuah daerah biogeografi untuk sekelompok pulau yang dipisahkan oleh selat yang dalam, yang memisahkan lempeng Asia dengan Australia, meliputi Sulawesi, Nusa Tenggara, Ambon, Halmahera, Seram dan pulau-pulau kecil lainnya di wilayah tersebut. Wilayah ini merupakan warisan sejarah yang berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Sementara itu, Wallace merupakan satu di antara generasi pertama yang menyadari pentingnya Indonesia sebagai tempat dengan ekologi paling beragam di planet ini.
Selain itu, pameran ini akan memberikan ruang bagi pengunjung untuk berinteraksi dengan orang-orang yang membuat perubahan dalam melestarikan keanekaragaman hayati dan keanekaragaman budaya wilayah Wallacea melalui karya konservasi, seni dan sains.
Wallacea Week 2018 diadakan dalam rangka untuk melestarikan dan mengembangkan potensi sejarah sains daerah Wallacea dan Wallace, serta sebagai bagian dalam merayakan 150 tahun terbitnya buku “The Malay Archipelago”.
Pada tahun ini, Wallace Week diselenggarakan oleh British Council, British Embassy Jakarta dan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Selama acara tersebut berlangsung, pengunjung dapat mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan di area Perpustakaan Nasional seperti pameran, seminar umum, bedah buku, pemutaran dan diskusi film dokumenter, serta pertunjukan seni.
Penulis | : | Nesa Alicia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR