Nationalgeographic.co.id - Gunung Anak Krakatau dalam beberapa bulan belakangan ini seperti mendapat tempat tersendiri dalam pemberitaan media. Bukan tanpa alasan, gunung yang muncul 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau ini belakangan memang rutin mengeluarkan lava pijarnya.
Dalam dua hari pengamatan saja pernah tercatat bahwa Gunung Anak Krakatau meletus lebih dari 100 kali dengan ketinggian 200 hingga 700 meter yang disertai asap hitam.
Namun ada satu hal yang unik dari gunung yang terletak di Selat Sunda ini. Walau sering mengalami erupsi, tetapi Gunung Anak Krakatau tetap saja menjadi incaran wisatawan maupun pemburu foto.
Baca Juga : Menjaga Keberlangsungan Penyu di Kepulauan Seribu
Selama ini batasan jarak yang ditentukan adalah 2 km dari kawah, sehingga wisatawan masih bisa menikmati pemandangan larva pijar dari atas kapal.
Bahkan Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB pernah mengunggah cuitan dalam akun twitter pribadinya mengenai hal ini.
Gunung Anak Krakatau hampir setiap hari meletus. Pada 2/10/2018 terjadi 156 kali letusan yang melontarkan abu, pasir dan lava pijar. Status Waspada. Kondisinya aman jika berada di luar radius 2 km dari kawah. Menarik untuk wisata melihat fenomena gunung meletus di tempat aman. pic.twitter.com/aa8WtW8oPz
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) October 2, 2018
Wisata krakatau melalui Tanjung Lesung
Selama ini, para pemburu foto Gunung Anak Krakatau ataupun wisatawan yang sekadar penasaran dapat dengan mudah mendekati gunung ini melalui Tanjung Lesung.
Salah satu tempat yang menyediakan perahu untuk menuju ke sana adalah Beach Club Tanjung Lesung. Tempat ini menyediakan perahu cepat berkapasitas tujuh orang. Beberapa tempat lain juga menawarkan perahu dengan kapasitas dan waktu tempuh yang berbeda.
Selepas sarapan, biasanya sekitar pukul 08.00 perahu sudah mulai dihidupkan untuk berangkat. Ya, selepas sarapan, mengingat waktu tempuh perjalanan paling cepat adalah sekitar 1,5 jam.
Pemandu akan menceritakan sejarah munculnya Gunung Anak Krakatau yang tidak terlepas dari letusan besar Gunung Krakatau pada tahun 1883. Bila gunung tidak sedang aktif, wisata Krakatau biasanya akan dilanjutkan dengan berlabuh dan turun di kawasan Gunung Anak Krakatau.
Source | : | Berbagai Sumber |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR