Nationalgeographic.co.id - Cendawan Nan Gunawan
Berawal dari krisis moneter pada 1998, Iwan Saskiawan, peneliti Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, mulai meneliti jamur sebagai pangan alternatif.
“Berdasarkan ilmu taksonomi, jamur digolongkan dalam kingdom tersendiri yang merupakan peralihan antara kingdom plantae (tanaman) dan hewan (animalia). Oleh karena itu, asam amino yang terdapat di jamur, serupa dengan kandungan yang ada di dalam daging,” ungkap Iwan.
Baca Juga : Tujuh Jenis Makanan Sehat yang Ampuh Mencegah Munculnya Jerawat
Oleh sebab itu, tekstur jamur membuatnya mudah diolah layaknya makanan berbahan dasar daging, seperti sate dan rendang, yang tentu saja disukai kaum vegetarian. Kabar baik lainnya adalah, jamur tidak mengandung kolesterol, berserat tinggi, juga meningkatkan imunitas.
Namun, tak sembarang jamur bisa hidup di segala kondisi. Iwan pun menemukan bahwa jamur pangan yang memiliki adaptasi terbaik adalah jamur tiram putih.
Dalam keadaan kering, jamur bernama ilmiah Pleurotus ostreatus ini memiliki kandungan protein hingga 35 persen, lebih tinggi dibandingkan beras (7,3 persen), dan susu sapi (25,2 persen). Protein dalam jamur pun bisa menggantikan protein daging, dengan harga lebih terjangkau.
Kini, LIPI mencoba mengolah jamur menjadi penganan, antara lain es krim dan yogurt. Terkait kondisi stunting— tinggi badan di bawah rata-rata akibat defisiensi asam amino esensial, zat besi, dan seng— yang melanda anak Indonesia, “kami berharap bisa memproduksi jamur menjadi tepung, agar bisa menjadi bubur makanan pendamping ASI,” pungkas Iwan.
Pisang yang Berkapang
Layu fusarium adalah momok bagi tanaman pisang. Sejak 1950-an, penyakit yang disebabkan cendawan Fusarium ozysporum f.s. cubence ini menghancurkan industri pisang Gros Michel (pisang ambon) di dunia.
Pada 1990-an, ribuan hektare tanaman pisang Cavendish termasuk di Indonesia pun musnah akibat jamur ini. “Bahkan terdapat ketakutan bahwa pisang akan punah di dunia,” ujar Yuyu Suryasari Poerba, peneliti Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Baca Juga : Meski Menakutkan, Film Horor Ternyata Memiliki Manfaat Bagi Tubuh
Beberapa jenis di Indonesia seperti pisang Ambon Kuning pun kini sudah sulit ditemui, karena pajanan penyakit tersebut. Hal ini amat mengkhawatirkan, “apalagi Indonesia adalah rumah pisang dunia,” ungkapnya. Ada lebih dari 300 nama pisang di sepenjuru Indonesia.
Padahal, pisang bisa dijadikan pangan alternatif terkait kadar karbohidratnya yang tinggi. Melalui tangan Yuyu, LIPI pun berusaha mengembangkan varietas unggul pisang untuk memperbaiki ketahanannya terhadap penyakit layu Fusarium, serta mendapatkan pisang yang unggul dan berkualitas.
LIPI kemudian berhasil mendaftarkan 12 jenis pisang sebagai varietas baru di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian, Kementerian Pertanian RI.
Walaupun terdapat 500 nomor aksesi pisang yang dikoleksi oleh Cibinong Science Center Botanic Garden, itu hanya sebagian kecil dari semua jenis di Nusantara.”Kami sedang berusaha mengoleksi seluruh pisang yang tersebar di Indonesia, dari Aceh sampai Papua,” ungkapnya.
Penulis: Titania Febrianti
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Warsono |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR