Rumah bambu hunian sementara yang dinilai mampu menahan banjir lahar dingin dari Gunung Merapi, rancangan Dr. Ir. Eugenius Pradipto, Dosen Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik UGM berhasil meraih penghargaan Karya Kontruksi Indonesia (KKI) 2011 terbaik dari Kementerian Pekerjaan Umum.
Ia mengatakan keunggulan karya konstruksi miliknya mengusung konsep pembangunan bekelanjutan dengan pemilihan bambu sebagai material bangunan. “Bukan hanya ramah lingkungan, material bambu yang didesain dengan konstruksi yang baik akan mampu bertahan lebih dari lima tahun tanpa harus diawetkan,"kata Pradipto di Magelang, Selasa (10/1).
Meskipun dibuat sederhana, hunian sementara (huntara) ini sengaja dibuat untuk memberi kenyamana bagi penghuninya, dengan harapan penghuni yang merupakan korban banjir lahar dingin tidak akan menjadi korban untuk kedua kalinya.
Rumah bambu hasil konstruksinya terbilang unik. Bangunan yang dibuat panggung ini didirikan di atas areal persawahan yang masih produktif. Untuk menjaga kelembaban atau basah akibat terkena air, Pradipto membuat pondasi bangunan dari umpak berpori untuk menjaga material bambu tetap kering dan cepat kering apabila terkena air.
”Umpak digunakan jenis umpak berpori dari buis beton yang diiisi dengan kerikil tanpa semen sehingga air cepat meresap dengan mudah dan cepat kering,” katanya.
Untuk menjaga struktur bambu bisa bertumpu di atasnya, umpak
juga bisa meminimalkan dampak kerusakan lahan sawah yang produktif.
“Jika dibongkar, sisa material bangunannya termasuk umpak mudah
dibersihkan dari lahan,” ujarnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR