Selama ini tersembunyi dari sejarah dan mata manusia, ternyata ada ngarai raksasa di bawah lapisan es Greenland. Panjangnya diperkirakan mencapai 750 kilometer dan di beberapa titiknya mencapai kedalaman 800 meter.
Keberadaan ngarai ini terungkap dengan menggunakan data radar dari Operasi IceBridge milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Para peneliti menemukan ngarai ini merentang dari dekat pusat Greenland di utara hingga ke Gletser Petermann.
Ngarai ini miliki karakteristik alur sungai berliku dengan panjang paling tidak 750 kilometer. Membuatnya lebih panjang dari pada Grand Canyon, ngarai ternama dari AS. Fitur yang ada pada ngarai ini diprediksi lebih dulu ada dibanding lapisan es yang meliputi Greendland sejak jutaan tahun silam.
Dikatakan Jonathan Bamber, profesor dari Geografi Fisika di The University of Bristol, Inggris, penemuan ini menyatakan masih ada fitur di dunia yang belum terjamah. "Orang mungkin mengira lanskap Bumi sudah sepenuhnya dieksplorasi dan dipetakan. Penemuan kami menunjukkan ternyata masih banyak yang menunggu ditemukan," kata Bamber, Kamis (29/8), dan penemuannya diterbitkan dalam jurnal Science.
Untuk sampai pada kesimpulan ini, para pakar menggunakan data dari radar. Dikumpulkan oleh peneliti dari Inggris dan Jerman selama beberapa dekade. Tujuannya untuk merangkai satu demi satu lanskap yang berada di bawah lapisan es Greenland ini.
Sebagian besar data diambil dari tahun 2009 hingga 2012 melalui Operasi IceBridge --perangkat sains untuk studi kutub. Salah satu instrumen dari operasi ini, Multichannel Coherent Radar Depth Sounder, mampu mengukur ketebalan dan bentuk batuan dasar pada bagian bawah.
Dalam analisa data radar, diketahui adanya batuan dasar yang bersambung, mulai dari dekat tengah pulau dan berakhir di bawah Gletser Petermann.
Dengan frekuensi yang tepat, gelombang radio bisa menjelajah ke bagian bawah es dan memantul ke batuan di bawahnya. Durasi waktu gelombang radio ini memantul membantu para peneliti mengukur kedalaman ngarai. Makin lama durasi waktunya, makin dalam fitur batu tersebut.
Michael Studinger, peneliti proyek ini, mengatakan bahwa jumlah data yang terkumpul serta usaha untuk menggabungkannya dengan data lain, membuat fitur ngarai ini nampak di mata manusia.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR