Nationalgeographic.co.id - Para arkeolog melalui jurnal Antiquity melaporkan bahwa kota tua berusia 4.300 tahun yang memiliki piramida raksasa dengan tinggi 70 meter dan membentang hingga 24 hektar, telah ditemukan di Tiongkok.
Piramida ini dihiasi dengan simbol mata dan ‘antropomorfik’ atau makhluk setengah manusia yang memiliki wajah hewan. Tokoh-tokoh tersebut mungkin telah membuat piramida dengan kekuatan relijius yang memperkuat kesan visualnya.
Selama lima abad, kota ini berkembang di sekitar piramida. Pada satu waktu, kota tua yang memiliki luas 400 hektar tersebut, menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Saat ini, runtuhan kota dikenal dengan nama “Shimao”, namun julukan di masa lalunya masih belum diketahui.
Baca juga: Arkeolog Temukan Tubuh Kuda Berusia 30 Ribu Tahun Dalam Keadaan Utuh
Piramida tersebut memiliki 11 tangga, masing-masing dilapisi dengan batu. “Di bagian paling atas, terdapat istana luas yang dibangun menabrak Bumi dengan pilar kayu dan atap genteng, waduk air raksasa, dan kebutuhan rumah tangga yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari,” papar arkeolog.
Serangkaian dinding batu dengan benteng dan gerbang juga dibangun di sekitar piramida dan kota tersebut.
“Di pintu masuk piramida terdapat benteng canggih (dengan dinding pertahanan) yang desainnya menunjukkan bahwa itu dibuat untuk memberikan akses yang sangat terbatas,” tambah mereka.
Sisa-sisa pengorbanan manusia
Selain itu, sisa-sisa ritual pengorbanan manusia banyak ditemukan di Shimao. “Di gerbang luar timur, ditemukan enam lubang berisi kepala manusia yang dipenggal,” tulis studi tersebut.
Beberapa korban mungkin berasal dari situs arkeologi lain, seperti Zhukaigou, yang berlokasi di utara Shimao. Orang-orang Shimao diduga telah menaklukkan wilayah tetangga tersebut.
“Analisis morfologi dari sisa-sisa manusia menyatakan bahwa korban kemungkinan berasal dari Zhukaigou. Mereka kemudian dibawa ke Shimao sebagai tawanan saat perluasan pemerintahan,” papar mereka.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR