Selama berabad-abad, Piramida Giza telah membingungkan para peneliti. Bukan hanya karena ruangan tersembunyi dan rongga misteriusnya, tapi juga bagaiamana masyarakat Mesir kuno membangun struktur mengagumkan tersebut tanpa teknologi modern.
Salah satu hal yang masih menjadi perdebatan ialah bagaimana orang-orang Mesir kuno membangun piramida-piramida tersebut dengan sangat presisi.
Secara keseluruhan sisi Piramida Agung Giza begitu lurus, dan sejajar hampir di sepanjang titik kardinal, utara-selatan-timur-barat. Hal ini cukup menakjubkan, mengingat pada masa itu masyarakat Mesir kuno belum mengenal drone, cetak biru, dan komputer.
Baca juga: Jangan Diabaikan! Inilah 10 Gejala Bahwa Ginjal Anda Bermasalah
Meski demikian, ada pula sedikit kesalahan yang ditemukan.
"Ketiga piramida—dua di Giza dan satu di Dashur—menampilkan pola kesalahan yang sama; mereka sedikit berputar berlawanan arah jarum jam dari titik kardinal,” tulis arkeolog dan insinyur Glen Dash dalam karya ilmiahnya yang terbit di The Journal of Ancient Egyptian Architecture.
Ada banyak hipotesis mengenai bagaimana masyarakat Mesir kuno membangun piramida dengan begitu presisi, misalnya dengan menggunakan bintang kutub, atau memanfaatkan bayangan Matahari. Sayangnya, belum ada yang menjelaskan bagaimana tepatnya cara melakukan hal tersebut.
Dalam laporan risetnya, Dash mengemukakan teori yang lebih sederhana. Penelitiannya menunjukkan bahwa masyarakat Mesir kuno yang hidup sekitar 4.500 tahun silam dapat menggunakan ekuinoks musim gugur untuk mencapai keselarasan sempurna.
Baca juga: Belum Dihuni, Bulan Sudah 'Dibebankan' 187.400 Kg Sampah Manusia
Ekuinoks dianggap sebagai momen dua kali setahun ketika bidang ekuator bumi melewati pusat cakram Matahari, yang menyebabkan panjang waktu siang dan malam hampir sama.
Sebelumnya pengukuran ekuinoks telah diabaikan, karena diasumsikan tidak akan memberikan akurasi yang cukup. Tapi hasil penelitian Dash menunjukkan bahwa ada cara yang memungkinkan penggunaan metode ini, yakni dengan memanfaatkan tongkat yang dikenal sebagai gnomon.
Untuk memastikannya, Dash melakukan eksperimennya sendiri, dimulai pada hari pertama ekuinoks musim gugur tahun 2016—22 September 2016, dan menggunakan gnomon.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR