Kabar Arktika: Penemuan Populasi Beruang Kutub di Lautan Chukchi

By Loretta Novelia Putri, Sabtu, 3 Juli 2021 | 09:00 WIB
Sebuah survei memperlihatkan di beberapa bagian Arktika, menunjukkan kondisi populasi beruang kutub tidak separah yang dibayangkan selama ini. (USO)

 

Nationalgeographic.co.id - Beruang kutub juga ikut menjadi dampak akibat perubahan iklim yang terjadi, salah satu contohnya adalah video yang menampilkan seekor beruang kutub mencari makan di tempat sampah.

Bahkan sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Science mengatakan bahwa beruang kutub terancam kelaparan karena perubahan iklim yang terjadi.

Namun, bukan berarti beruang kutub tidak memiliki harapan untuk hidup dan berkembang biak. Sebuah survei terbaru memperlihatkan bahwa di beberapa bagian Arktika, menunjukkan kondisi populasi beruang kutub tidak separah dan semengkhawatirkan yang dibayangkan oleh orang-orang selama ini.

Bahkan, sebuah populasi yang baru saja ditemukan di Lautan Chukchi, antara Alaska dan Rusia, saat ini dalam keadaan yang sehat dan sedang berkembang.

Eric Regehr seorang pakar biologi dari Polar Science Center di University of Washington mengatakan bahwa hilangnya es lautan akibat perubahan iklim tetap saja menjadi ancaman yang paling utama bagi beruang kutub, tetapi seperti yang ditunjukkan dalam studi, yaitu terdapat variasi di mana dan kapan efek menghilangnya es laut muncul.

"Setelah satu dekade penelitian, kolega dan saya baru-baru ini menerbitkan perkiraan pertama tentang ukuran dan status populasi beruang kutub Laut Chukchi, yang dimiliki oleh AS dan Rusia," ungkap Regehr. "Dan beritanya bagus—setidaknya untuk saat ini. Beruang relatif berlimpah, dengan reproduksi yang kuat dan kelangsungan hidup anak yang tinggi."

Meskipun studi oleh Survei Geologi AS menunjukkan bahwa populasi Laut Chukchi menunjukkan efek perilaku dari perubahan iklim (misalnya, beberapa hewan menghabiskan waktu lebih lama di darat setiap musim panas), hilangnya es laut yang dialami wilayah tersebut hingga saat ini tampaknya belum belum menyebabkan efek gizi atau tingkat populasi yang negatif.Regehr mengungkapkan bahwa saat mengomunikasikan temuan ini, mungkin sulit untuk menjelaskan bahwa dua pernyataan berikut ini konsisten: (1) hilangnya es laut karena perubahan iklim adalah ancaman utama bagi beruang kutub di seluruh Kutub Utara; dan (2) data ilmiah baru menunjukkan bahwa populasi Laut Chukchi baik-baik saja, meskipun es laut hilang.

Bagaimana mungkin? Meskipun ada beberapa penjelasan potensial, Regehr memfokuskan pada dua tantangan komunikasi yang terkait dengan beruang Laut Chukchi.

Baca Juga: Beruang Gobi, Subspesies Beruang Satu-satunya yang Hidup di Gurun

Di habitat Laut Chukchi yang kaya secara biologis, beruang kutub tumbuh sehat—setidaknya untuk saat ini. Namun, tanpa tindakan serius terhadap perubahan iklim, hilangnya es laut yang berkepanjangan menimbulkan risiko bagi populasi mereka. (Eric V. Regehr/University of Washington)
Pertama, Arktik adalah tempat yang besar dan beragam. Laut Chukchi adalah habitat yang kaya secara biologis, dengan landas kontinen besar yang memberi beruang area yang luas untuk menemukan anjing laut. Sebagian besar bagian lain Kutub Utara tidak memiliki fitur ini atau memilikinya pada tingkat yang lebih rendah, ungkapnya.Produktivitas dan jumlah habitat  membuat perbedaan, ungkap Regehr. Alasannya, mereka memengaruhi sejauh mana perubahan jumlah es laut diterjemahkan menjadi hilangnya kesempatan berburu beruang kutub. Pada gilirannya, hal ini mengurangi kemampuan mereka untuk mengumpulkan cadangan lemak yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.

Kedua, berkomunikasi tentang beruang kutub bisa jadi menantang karena pada kenyataannya sains memang tidak sempurna. Beruang kutub hidup di wilayah yang luas dan terpencil, jadi Regehr dan timnya hanya dapat memperkirakan ukuran dan status populasi. Mereka tidak pernah mungkin untuk menghitung dengan tepat berapa banyak beruang di luar sana.

Mereka memperkirakan ukuran populasi Laut Chukchi yang paling mungkin adalah 2.937 beruang. Tetapi analisis yang sama menunjukkan bahwa jumlah sebenarnya bisa turun di mana saja antara 1.500 dan 6.000. Itu jangkauan yang luas!

Dalam praktiknya, ungkap Regehr, ketidakpastian dalam sains berarti bahwa dibutuhkan waktu bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun bagi para ahli biologi untuk mendeteksi perubahan ukuran populasi.Lebih jauh lagi, perubahan iklim tidak hanya mempengaruhi jumlah beruang kutub, tetapi juga mempengaruhi kemana hewan pergi dan apa yang mereka lakukan dan ekosistem tempat mereka tinggal. Misalnya, sepertinya populasi meningkat karena beruang untuk sementara pindah ke suatu daerah; atau menurun karena beruang untuk sementara pindah. Ada banyak bagian yang bergerak dan pemahaman kita tentang bagaimana mereka cocok bersama terus berkembang.

“Beberapa subpopulasi memang menurun, tetapi lainnya masih baik-baik saja,” ucap Regehr.

Dari hasil survei yang dilakukan oleh Regehr memperlihatkan bahwa setidaknya terdapat 3.000 individu dalam subpopulasi Lautan Chukchi dengan angka kelahiran dan keselamatan anak yang baik. Menurut para ahli, kondisi tersebut disebabkan oleh keragaman spesies di Lautan Chukchi.

Regehr mengatakan bahwa kebanyakan Lautan Chukchi dangkal dan kaya akan nutrisi karena airnya datang dari lautan Pasifik. Hal tersebut membuat Lautan Chukchi sangat cocok untuk ditinggali oleh berbagai macam hewan liar, termasuk anjing laut  yang merupakan salah satu makanan utama dari beruang kutub.

Saat musim panas ketika es laut paling sedikit dalam setahun, arus lautan akan membawa bangkai paus ke daratan yang kemudian akan memberikan makan untuk beruang kutub di wilayah tersebut.

Baca Juga: Pencairan Es dan Kelaparan Membuat Beruang Kutub Terancam Punah

Seekor beruang kutub muda melompat ke lapisan es di Svalbard, Norwegia. Perubahan iklim sangat mengancam keberlangsungan hidup beruang kutub sehingga mereka masuk daftar hewan yang rentan terhadap kepunahan. (Paul Nicklen/Nat Geo Image Collection)

Walaupun begitu, bukan berarti beruang kutub di Lautan Chukchi benar-benar tidak terdampak oleh adanya perubahan iklim.

Meskipun jumlah populasi mereka antara tahun 2008 sampai 2016 tidak jauh berbeda dengan 25 tahun yang lalu, waktu yang dihabiskan oleh beruang kutub di es laut berkurang hingga sebulan. Sedangkan, es laut merupakan habitat mereka untuk berburu, bermigrasi dan beranak.

Regehr menyebutkan, penemuan tersebut merupakan kabar yang baik untuk sementara ini, tapi bukan berarti beruang-beruang kutub di Lautan Chukchi tidak akan terimbas oleh hilangnya es.

“ Beruang kutub butuh es untuk memburu anjing laut, dan es diproyeksikan akan terus berkurang hingga akar masalah perubahan iklim diselesaikan,” ucap Regehr.

Baca Juga : Setelah Tiba di Jamaika, Monyet Purba Menjadi Mirip Seperti Kungkang