NASA Berhasil Sampai di Asteroid Bennu, Apa yang Terjadi Selanjutnya?

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 4 Desember 2018 | 16:52 WIB
Pesawat luar angkasa OSIRIS-REx mendekasi asteroid Bennu. (NASA)

Nationalgeographic.co.id - Pesawat luar angkasa NASA, OSIRIS-REx, berhasil sampai di asteroid Bennu pada Senin (3/12), setelah berkelana selama dua tahun di antariksa.

Kedatangan OSIRIS-REx di asteroid tersebut menandakan fase baru dalam misi NASA. Yakni, untuk memetakan luas permukaan asteroid sekaligus menemukan tempat terbaik dalam mengambil sampel material.

OSIRIS-REx diluncurkan di atas roket Atlas V pada September 2016 dan melesat ke luar angkasa sejak saat itu.

Baca Juga : Mars Memiliki Danau Purba yang Mirip Dengan Danau di Sulawesi Selatan

Misi pesawat ini sebenarnya cukup jelas: yakni bertemu dengan asteroid Bennu, mengambil sampel batuan dari permukaannya, lalu kembali ke Bumi. Misi OSIRIS-REx sangat menarik perhatian peneliti. Sebab, sampel asteroid Bennu dipercaya dapat memberikan informasi tentang bagaimana Tata Surya kita terbentuk 4,5 miliar tahun lalu.

Pemegang kunci kehidupan Bumi?

Selama ini, asteroid dianggap sebagai sisa-sisa primitif dari lingkungan kosmik--mengandung blok bangunan yang membentuk Tata Surya ketika pertama kali dilahirkan. Oleh sebab itu, asteroid dianggap sebagai 'gambaran kecil' dari penampilan Tata Surya awal.

Menganalisis batuan dari asteroid dapat memberi tahu kita jenis material yang ada di awal lahirnya Tata Surya dan bagaimana Bumi terbentuk. Menurut para ilmuwan, asteroid bisa jadi alasan mengapa kita bisa ada saat ini. Sangat mungkin jika asteroid menjadi perintis jalan kehidupan ke Bumi ketika mereka menghantam permukaan planet.

Asteroid Bennu dilihat dari dekat. (NASA)

Tim di balik OSIRIS-REx memilih Bennu sebagai sampel karena komposisi dan orbitnya. Bennu diketahui sebagai astreoid karbon. Artinya, ia mengandung senyawa kaya karbon yang merupakan elemen penting bagi kehidupan organik. Asteroid karbon juga relatif dan cenderung tidak berubah sejak awal mula Tata Surya. Ada kemungkinan Bennu mengandung senyawa organik yang sama dengan yang membantu kehidupan berkembang di Bumi.

Selain itu, Bennu juga dianggap sebagai asteroid yang berbahaya karena ada kemungkinan ia melakukan kontak dengan Bumi pada 2100-an.

Rencana selanjutnya

"Perlu waktu lama untuk bisa sampai ke Bennu, dan kami sangat menantikan bab berikutnya dari misi ini," kata Heather Enos, wakil peneliti utama OSIRIS-REx dari University of Arizona.

Kini, karena OSIRIS-REx sudah mencapai Bennu, langkah selanjutnya adalah bagaimana ia berusaha masuk ke dalam asteroid orbit--dijadwalkan terjadi pada 31 Desember. Jika berhasil, maka tim OSIRIS-REx akan mencetak sejarah baru karena Bennu menjadi objek Tata Surya terkecil yang pernah diorbit oleh pesawat luar angkasa.

Baca Juga : Ilmuwan: Alien Dapat Ditemukan 10 Atau 20 Tahun Lagi, Mungkinkah Berhasil?

Ketinggian asteroid Bennu kurang dari 1.700 kaki--lebih panjang sedikit dari Empire State Building. Ukurannya yang mungil inilah yang membuat Bennu sulit diorbit. Objek ini juga tidak memiliki banyak gravitasi untuk menarik pesawat ruang angkasa lebih dekat ke permukaannya. Secara teratur, OSIRIS-REx akan melakukan manuver agar tetap berada di formasi sekitar asteroid Bennu.

Dibutuhkan waktu setahun penuh untuk mempelajari Bennu dan mencari lokasi yang pas untuk mengambil sampel. Dengan menggunakan instrumennya, OSIRIS-REx akan memetakan keseluruhan permukaan asteroid, dan para peneliti akan menggunakan peta tersebut untuk menghasilkan kandidat situs terbaik. Setelah lokasi terbaik dipilih, OSIRIS-REx perlahan-lahan akan bermanuver, dan dengan cepat “menekan” asteroid agar dapat mengambil sampel--diperkirakan mampu mengumpulkan 4,4 pon (2 kilogram) material. Begitu batu-batu berharga itu disimpan dengan aman, pesawat ruang angkasa akan mulai kembali ke Bumi pada 2021. Akhirnya, misi itu akan ditutup dengan sampel asteroid Bennu yang mendarat di gurun Utah pada bulan September 2023.