Canggih, Organ Tubuh Manusia untuk Donor Bisa Dikirim dengan Drone

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 20 Desember 2018 | 11:48 WIB
Drone ini membawa ginjal selama 62 menit dengan kecepatan 42 mil/jam. (University of Maryland Medical Center)

Biosensor nirkabel dikombinasikan dengan GPS, menyajikan data waktu, suhu, tekanan dan lokasi organ yang diangkut drone. (University of Maryland Medical Center)

Meski begitu, ia menekankan perlu beberapa kali percobaan lagi di 2019 untuk membuktikan ketahanan organ ketika dikirim melalui drone.

U.S. Federal Aviation Administration juga melarang kendaraan tanpa awak (UAV) seperti drone, terbang di atas 122 meter. Kecepatannya pun tidak boleh melebihi 100 mil per jam. Selain itu, UAV juga tidak diizinkan terbang di atas orang-orang dan gedung-gedung pemerintahan, serta harus tetap berada di garis pandang operator setiap waktu. Semua larangan ini akan menyulitkan drone untuk sampai di rumah sakit yang terletak di kota besar.

Baca Juga : Aliran Listrik Sebagai Obat, Pendekatan Radikal Dunia Kedokteran

Namun, jika tantangan di atas bisa ditangani, potensi manfaatnnya sangat besar. Sekitar 20% ginjal hasil donor di AS, pada akhirnya dibuang karena tidak bisa sampai ke pasien yang cocok dalam waktu cepat. Dengan kata lain, ada sekitar 2.700 organ tubuh manusia yang terbuang sia-sia setiap tahunnya.

Scalea berharap, setelah beberapa kendala hukum dan teknologi teratasi, pengiriman organ dengan drone bisa segera dilaksanakan sehingga pasien yang membutuhkan bisa menerimanya dengan lebih cepat. Juga agar tidak adalagi organ yang terbuang.

"Transportasi organ tidak mengalami inovasi selama 50 tahun. Saya rasa, langkah yang kami buat ini akan memberikan perbedaan," pungkas Scalea.